Mohon tunggu...
Dian Karyati Pamungkas
Dian Karyati Pamungkas Mohon Tunggu... -

Seorang mahasiswi yang belum lulus dan ingin berbagi senyum dengan semua, karena satu senyum pasti akan ada senyum yang lain.

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Mengenal Lebih Dekat Kopi Jos

28 Februari 2011   05:33 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:12 544
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Minuman ini sudah tidak asing bagi masyarakat Yogyakarta, pernah tinggal di Yogyakarta dan tentu saja bagi orang-orang yang pernah menikmati Kopi Jos ini  Kopi memang termasuk jenis minuman yang mudah ditemui. Hampir setiap tempat makan menyediakan kopi. Namun hanya di Yogyakarta kita dapat menemui Kopi Jos dan tentu saja menikmatinya. Segelas kopi panas yang dimasuki arang dengan bara api. Dapat ditemui di angkringan daerah stasiun tugu. Di tempat tersebut banyak pilihan angkringan yang menyediakan kopi Jos dengan keunggulan masing-masing angkringan. Ada angkringan yang menyediakan sisha, ada yang  digantungi lampu senthir (lampu tradisional) sebagai ciri khasnya. Ada juga angkringan yang selain menyediakan kopi Jos sebagai unggulan juga menyediakan teh poci gula batu sebagai ciri khasnya, salah satunya angkringan kang Adi. Di angkringan tersebut, teh poci merupakan alternatif pilihan konsumen selain kopi Joss sebagai minuman utama maupun minuman lainnya seperti jeruk anget atau minuman instan yang lain. Tetapi menurut pengelola angkringan tersebut, minuman yang paling banyak dipesan yaitu Kopi Jos dan Jahe anget. Lalu apa sebenarnya kopi Joss? Pada dasarnya kopi Jos hanya segelas kopi panas yang kemudian dimasuki arang yang baranya masih menyala. Ketika ditanya apa keistimewaan kopi tersebut selain bara yang dimasukkan tentu saja, menurut si penjual tersebut (lupa gak tanya namanya 

:D
:D
) tidak ada yang istimewa, ”Kopinya ya cuma kopi biasa mbak,” jelasnya. Mereka hanya menggunakan kopi instan yang biasa dijual di pasaran. Tetapi mereka lebih percaya dengan salah satu merek yang namanya ada ’API’nya :-p. Ketika ditanya apakah menggunakan arang khusus, ternyata tidak juga. Mereka menggunakan arang dengan kayu biasa bukan kayu tertentu atau arang yang harus dibeli di daerah tertentu. Hanya saja dalam penggunaannya atau ketika memasukkan bara arang tersebut ke dalam kopi harus dicari yang masih utuh bukan yang pecah-pecah. Hal itu dimaksudkan agar tidak mengotori kopi ketika disajikan kepada konsumen. Sementara itu yang membedakan kopi Jos satu angkringan dengan angkringan yang lain terletak pada kopinya dan senioritas mereka berjualan. Terkait kopi, ada angkringan yang selain menggunakan kopi instant yang tadi saya jelaskan dengan mencampurkannya dengan kopi produksi lokal (biasanya dibungkus dengan kertas warna coklat, entah apa mereknya saya kurang tahu 
:-D
:-D
). Selain itu masalah jam buka, tergantung angkringannya. Ada yang buka mulai dari jam 16.00 bahkan ada juga yang buka dari jam 12.00 siang. Kalau tutupnya paling cepat jam 02.00 dini hari. Untuk makanannya seperti nasi kucing (nasi putih + sambal teri, nasi putih + oseng-oseng), gorengan, sate, dan lainnya menurut mereka, makanan tersebut tidak akan pernah kehabisan. Maksudnya ketika stok di angkringan tersebut menipis, mereka tinggal mendatangkannya lagi dari rumah. Harganya pun terjangkau, ketika saya dan teman menikmai dua gelas kopi, dua terang bulan (martabak manis), satu tahu bacem, satu bungkus kacang, satu jadah serta dua ceker, total membayar Rp 10.500,00. Itu sudah plus ngobrol lama banget 
:-D
:-D
. Paling ditambah parkir Rp 1000,00 Pengunjung kebanyakan mahasiswa beserta gerombolannya 
:-D
:-D
. Sekedar ngopi, ngobrol, diskusi, atau main kartu. Tetapi kalau main kartu atau mau ngobrol lama, sebisa mungkin tahu keadaan istilahnya tahu situasi dan kondisi (sikon) 
:-)
:-)
. Kasihan si penjual kalau calon pengunjung lagi ramai eh malah ngobrol lama. Kasihan pengunjung yang baru datang bingung mau duduk dimana 
:-D
:-D
. Itulah salah satu kendala yang mereka alami. Kendala yang lain adalah ketika musim hujan. Selain tempat teduh yang kurang, air juga sering masuk tenda sehingga lantai menjadi basah. Hal ini membuat pengunjung menjadi tidak nyaman. Tetapi menurut si penjual, meskipun hujan tetap ada pengunjung minimal mencari kopi Jos. Memang jumlah pengunjung lebih sedikit dibandingkan ketika tidak hujan. Yang jelas Kopi Jos, kopi hitam plus gula plus air mendidih ditambah arang merupakan alternatif kuliner tradisional di angkringan Yogyakarta yang perlu dicoba dengan rasa khasnya. Soal rasa memang tergantung selera sich. Yaaaach selamat penasaran kemudian mencari dan mencoba bagi yang belum mencoba.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun