“I want to remind you that the struggle to end TB is not just a struggle against a single disease. It’s also the struggle to end poverty, inequity, unsafe housing, discrimination and stigma, and to extend social protection and universal health coverage. If the pandemic has taught us anything, it’s that health is a human right, not a luxury for those who can afford it.” (Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus, Director-General World Health Organization, 2021)
Mengakhiri tuberkulosis bukan sekadar perjuangan melawan satu penyakit, tapi juga melawan kemiskinan, ketidakmerataan, perumahan yang tidak layak, diskriminasi dan stigma. Itulah sepenggal pernyataan dari Direktur Jenderal, World Health Organization (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam pengantarnya pada “Global Tuberculosis Report 2021”.
Sebagai upaya untuk memerangi Tuberkulosis (TB) di Kota Bandung, pada tanggal 9 s.d. 11 Agustus 2022, SSR Kota Bandung, dalam hal ini Bandung Institute of Governance Studies (BIGS), bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Kota Bandung, melaksanakan kegiatan Pelatihan Penyegaran Bagi Kader TBC Kota Bandung. Kegiatan ini merupakan salah satu kegiatan dalam mendukung program Eliminasi TB yang dicanangkan oleh PR Konsorsium Komunitas Penabulu-STPI. Pada kegiatan tersebut hadir Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Dinas Kesehatan Kota Bandung, dr. Ira Dewi Jani, M.T. dan pelaksana program P2PL Dinas Kesehatan Kota Bandung, Ahmad Ganda Saputra, Amd. Kep., yang berperan sebagai narasumber. Selain itu, hadir petugas TB PKM Kujangsari, Susi Yuningsih, S.Kep. Ners, yang berperan sebagai fasilitator pada kegiatan pelatihan tersebut. Adapun peserta pelatihan, terdiri dari para kader kesehatan Kota Bandung dan pasien supporter.
Pada kegiatan tersebut, para peserta mendapatkan materi tentang Informasi dasar TB, situasi terkini TB-HIV di Kota Bandung, Terapi Pencegahan TB (TPT), dan komunikasi efektif. Mereka juga mendapatkan pelatihan langsung pengisian berbagai formulir yang akan diisi di lapangan pada saat melakukan investigasi kontak pasiean TB. Simulasi lapangan dilakukan seolah-olah mereka sedang melakukan investigasi kontak pasien TB. Pelatihan Penyegaran Kader TB merupakan bentuk pembekalan para kader dalam melakukan kegiatan lapangan berupa investigasi kontak pasien TB dengan sasaran anggota keluarga pasien TB atau disebut kontak serumah dan para tetangga pasien TB yang disinyalir melakukan kontak dengan pasien TB tersebut.
Apa itu Tuberkulosis?
Tuberkulosis (TB), merupakan suatu penyakit menular dan salah satu penyebab utama kematian di seluruh dunia. Sebelum pandemi Covid-19 terjadi, peringkat TB sebagai penyebab utama kematian di dunia berada di atas HIV/AIDS. TB disebabkan oleh basil Mycrobacterium tuberculosis. Bakteri tersebut menyebar melalui udara. Batuk merupakan salah satu aktivitas yang dapat menyebarkan bakteri tersebut ke udara. Batuk, juga merupakan gejala utama terinfeksi bakteri tersebut, terutama jika batuknya lebih dari 2 minggu. Gejala pendukung lain yang perlu diperhatikan yaitu adanya sesak nafas, meriang lebih dari 1 bulan, berkeringat terus menerus tanpa adanya aktivitas, dan penurunan berat badan.
Menurut data WHO, pada tahun 2017, Indonesia berada pada peringkat ketiga negara dengan jumlah kasus TB terbesar di dunia setelah India dan Tiongkok dimana jumlah kasus di India sebanyak 2,7 juta kasus, Tiongkok sebanyak 889.000 kasus, dan Indonesia sebanyak 842.000 kasus. TBC Indonesia, melalui laman tbindonesia.or.id melangsir bahwa di tahun 2017, di Indonesia, TB menyebabkan sekitar 1,3 juta kematian di antara orang dengan HIV negatif dan sekitar 300.000 kematian di antara orang dengan HIV positif.
Sebagai upaya untuk mengurangi kasus TB dunia, WHO, melalui “the End TB Strategy”, menargetkan pengurangan jumlah kematian karena TB sebesar 90% di tahun 2030 dan mengurangi tingkat insiden TB sebesar 80% di tahun 2030. Global Fund merupakan salah satu Global Partnership yang memfokuskan kegiatannya pada pengurangan kasus TB di dunia, termasuk di Indonesia. Program eliminasi TB merupakan salah satu program Global Fund yang didasarkan pada ''the End TB Strategy" dari WHO.
Apa dan siapa PR Konsorsium Komunitas Penabulu-STPI itu ?
PR Konsorsium Penabulu-STPI merupakan suatu konsorsium komunitas yang terdiri dari Yayasan Penabulu dan Stop TB Partnership Indonesia yang mendukung upaya Eliminasi TB di Indonesia yang berperan sebagai Principal Resipient Global Fund to Fight Against HIV/AIDS, TB and Malaria. PR Konsorisium Penabulu-STPI bermitra dengan 30 Sub-Recipient (SR) Provinsi dan Sub-Recipient (SR) Tematik. Di level kota/kabupaten, pelaksana program dipegang oleh Sub Sub-Recipient (SSR) yang pada pelaksanaannya bertanggung jawab pada SR provinsi. Di Kota Bandung sendiri, Bandung Institute of Governance Studies (BIGS) menjadi pelaksana dari program Eliminasi TB tersebut.
PR Konsorsium Komunitas Penabulu-STPI sebagai penerima utama (principal recipient) mendapatkan pendanaan langsung dari Global Fund untuk melaksanakan program memerangi TB di Indonesia. Global Fund sendiri, merupakan suatu gerakan memerangi HIV, TB dan malaria di seluruh dunia dan memastikan masa depan yang lebih sehat, lebih aman, lebih adil bagi semua. Sebagai Global Partnership, Global Fund merangkul para pemimpin dunia, komunitas, masyarakat sipil, petugas kesehatan dan sektor swasta dalam menjalankan programnya. Setiap tahunnya, Global Fund mengumpulkan dan menginvestasikan US$4 miliar per tahun untuk memerangi penyakit menular dan memperkuat sistem kesehatan di lebih dari 100 negara.
Program Eliminasi TB dan Pemberdayaan Komunitas
Seperti nama dan tujuannya, Konsorsium Komunitas Penabulu-STPI merangkul dan memberdayakan organisasi masyarakat sipil dan komunitas dalam pelaksanaan program Eliminasi TB. Konsorsium Komunitas Penabulu-STIP mendukung organisasi masyarakat sipil dan komunitas untuk mampu dan berdaya dalam upaya pencegahan dan pengendalian TB di Indonesia secara berkesinambungan. Upaya tersebut ditunjukkan dengan merangkul organisasi masyarakat sipil dan komunitas lokal untuk bergabung menjadi SSR dan pelaksana lapangan. Di Kota Bandung, selain bermitra dengan BIGS juga bermitra dengan para kader kesehatan dengan menjadikannya mitra di lapangan. Para kader yang sebagian besar berjenis kelamin perempuan, dilatih untuk dapat menjadi tenaga lapangan program Eliminasi TB. Para kader kesehatan di Kota Bandung, merupakan para kader yang terafiliasi dengan kelurahan dan juga puskesmas dimana mereka berdomisili. Mereka sebagian besar berpengalaman terkait pendataan TB atau program lainnya.
Para kader kesehatan merupakan garda terdepan program Eliminasi TB, terutama terkait pendataan dan penelusuran penyebaran kasus TB di masyarakat. Para kader merupakan pihak yang paling tahu tentang kondisi masyarakat. Mereka dekat dan menjadi bagian dari masyarakat tersebut. Sehingga, keberadaan mereka sangat membantu dalam program Eliminasi TB ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H