Mohon tunggu...
Seny Soniaty
Seny Soniaty Mohon Tunggu... Penulis - Pemerhati Budaya dan Pembangunan Masyarakat

Pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Perwujudan Trisakti Bung Karno Melalui Pemberdayaan Masyarakat di Pesantren Al-Ittifaq

26 Juli 2022   21:48 Diperbarui: 26 Juli 2022   22:03 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Perekonomian bangsa tidak akan berjalan jika tidak ada partisipasi dari berbagai pihak. Berbagai stakeholder, termasuk masyarakat di dalamnya, harus bersama-sama, bekerja sama dan berkolaborasi dalam menumbuhkan perekonomian bangsa. 

Tercapainya kemakmuran dan kesejahteraan bangsa serta keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, haruslah dijadikan sebagai tujuan bersama yang harus dicapai bersama-sama. Berdikari dalam ekonomi, seperti yang disampaikan oleh Soekarno, harus menjadi pondasi dalam menumbuhkan perekonomian bangsa.

Berdikari, berdiri di bawah kaki sendiri, bukan berarti menjadi mandiri tanpa perlu bantuan dari pihak lain. Tapi menjadi diri sendiri dan mampu untuk berdaya dengan kemampuan sendiri dan tahu bahwa dirinya juga membutuhkan pihak lain untuk memenuhi kebutuhannya. 

Terdapat unsur ketahanan dalam diri (self-resilience) untuk dapat berdikari. Berdikari berarti tahu kelebihan dan kekurangan diri dan berani untuk menghadapi tantangan tanpa menjadi orang lain. 

Berdikari bukan berarti mengisolasi diri dari pengaruh luar tapi berstrategi dalam upaya mengikuti dinamika perkembangan zaman demi mencapai tujuan bersama, yaitu Indonesia yang makmur, sejahtera dan berkeadilan sosial.

Pergeseran paradigma dalam pembangunan ekonomi dunia dari yang sebelumnya berorientasi pada welfare menjadi well-being, menunjukkan adanya pergeseran pola pikir mengenai kesejahteraan dan kehidupan serta bagaimana cara mencapainya.

 Soekarno, melalui konsep Trisakti-nya, telah lebih dulu mengutarakan tentang perlunya menjadi diri sendiri yang berdaya untuk berkembang, yaitu Berdikari dalam Ekonomi.

Salah satu contoh kasus bagaimana pengejawantahan Berdikari dalam Ekonomi di Indonesia dilakukan yaitu aktivitas agribisnis Pesantren Al-Ittifaq di Kampung Ciburial, Desa Alamendah, Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat. Melalui usahanya tersebut, Pesantren Al-Ittifaq menjadi salah satu pesantren percontohan di Indonesia dan mendapatkan berbagai penghargaan termasuk dari Presiden RI.

Pesantren tersebut berdiri sejak 1934, dengan nama Pesantren Ciburial. Aktivitas agribisnis yang dilakukan oleh pesantren tersebut dimulai sejak dipimpin oleh Kiai Fuad Affandi pada tahun 1970-an (Soniaty, 2021). Komoditas utama yang dibudidayakan dan diperjualbelikan yaitu sayuran. 

Berawal dari melihat potensi alam dimana pesantren tersebut berada, yang cocok untuk pertanian sayuran dan budaya pertanian yang sudah ada di masyarakat, Kiai Fuad memberanikan diri untuk bertani dan menjualnya sendiri. 

Usahanya tersebut semakin berkembang ketika ia dan juga kelompok taninya, melakukan kerja sama dengan Koperasi Unit Desa Pasirjambu. Pada tahun 1993, pesantren tersebut membentuk koperasi yang dinamai Koperasi Al-Ittifaq dan mengubah nama pesantren dari Pesantren Ciburial menjadi Pesantren Al-Ittifaq.

Kesuksesan aktivitas agribisnis pesantren tersebut tidak terjadi begitu saja. Butuh waktu lebih dari 2 dekade untuk dapat diakui dan menjadi pesantren agribisnis percontohan di Indonesia. Kebijaksanaan dari seorang Kiai Fuad menjadi penentu kontinuitas dan perkembangan aktivitas agribisnis di pesantren tersebut. 

Pelatihan dan pendampingan yang dilakukan pihak kelompok tani yang bermitra dengan Pesantren Al-Ittifaq kepada para santri dan juga masyarakat yang tinggal di sekitar pesantren, telah menggerakan para santri dan masyarakat untuk terjun langsung ke dalam dunia pertanian.

Pesantren Al-Ittifaq menerapkan sistem pendidikan salafiyah dan kholafiyah, dimana di dalam kedua sistem pendidikan tersebut, santri atau siswa diwajibkan untuk mengenal dunia pertanian. Santri salafiyah, terutamanya, harus ikut bekerja di kebun di waktu yang telah ditentukan. 

Sebagai imbalannya, mereka mendapatkan semua fasilitas pesantren secara gratis. Pesantren Al-Ittifaq tidak memungut biaya bagi santri salafiyah yang mau mondok di pesantren tersebut. Pendampingan terhadap santri terus berlangsung sampai mereka lulus dan kembali ke kampung halaman. 

Mereka yang telah pulang dari mondok, diharapkan dapat membangun kampung halamannya melalui aktivitas agribisnis yang terhubung dengan Koperasi Al-Ittifaq yang merupakan bagian dari Pesantren Al-Ittifaq.

Lalu, apa hubungannya antara Pesantren Al-Ittifaq, pemberdayaan masyarakat dan Berdikari dalam Ekonomi? 

Pesantren Al-Ittifaq, disadari atau tidak, telah mengejawantahkan konsep Trisakti Bung Karno, Berdikari dalam Ekonomi, melalui aktivitas agribisnis yang dilakukannya. Pemberdayaan masyarakat menjadi salah satu metode yang digunakan untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk dapat mandiri dan berdaya dalam hidupnya. 

Melalui sistem pendidikan dan agribisnis yang dilakukannya, Pesantren Al-Ittifaq mampu berdaya, berdiri sendiri, mandiri, dan berkembang dari hasil agribisnis yang dilakukannya. Pesantren Al-Ittifaq menunjukkan bahwa pesantren dapat berjalan dan tetap berdiri serta berkembang tanpa bantuan dana dari pihak luar, bahkan dapat memberikan kepada dunia di sekitarnya.

Kejelian melihat potensi alam dan keinginan untuk maju, telah mendorong dan menggerakkan Kiai Fuad untuk mencari tahu tentang pertanian yang akhirnya dilakoninya. 

Diawali dengan dilakukan oleh sendiri, kemudian mengajak orang lain yang ada di sekitarnya, hingga akhirnya dapat mengajak lebih banyak orang lagi, Kiai Fuad berhasil menjadi penggerak masyarakat melalui pemberdayaan yang dilakukannya.

Sistem yang dibuat di Pesantren Al-Ittifaq melalui jejaring santri dan alumni santri telah menumbuhkan aktivitas agribisnis di tempat lain yang tetap terhubung dengan pesantren tersebut. Santri dan alumni santri, menjadi agen dari Pesantren Al-Ittifaq dalam mempeluas aktivitas budidaya pertanian dan agribisnis. 

Tidak hanya itu, jejaring Pesantren Al-Ittifaq, terutama setelah dibentuknya Koperasi Al-Ittifaq, semakin meluas. Dunia perbankan, organisasi internasional, lembaga swadaya masyarakat, pemerintah pusat, perguruan tinggi, dan pihak lainnya baik yang berkonsentrasi pada bidang pertanian, ekonomi, bisnis, maupun di luar bidang tersebut, semakin mendekat pada pesantren tersebut. 

Jejaring pesantren pun semakin luas, terutama setelah dijadikan sebagai pesantren percontohan oleh Pemerintah Pusat.

Pesantren Al-Ittifaq dan sosok Kiai Fuad sebagai penggagas pemberdayaan masyarakat melalui aktivitas agribisnis, telah menanamkan kepercayaan diri dari masyarakat untuk dapat berdaya dengan kemampuannya sendiri dan sumber daya alam yang ada. 

Apa yang dilakukan oleh Kiai Fuad dan pesantrennya tersebut, sejalan dengan salah satu poin dari Trisakti Bung Karno, Berdikari dalam Ekonomi. 

Menjadi berdikari dalam ekonomi, bukan hanya soal kebijakan apa yang dibuat dan cocok bagi masyarakat, bukan pula hanya soal sistem ekonomi seperti apa yang akan diterapkan di Indonesia, bukan pula hanya soal bagaimana cara agar masyarakat berperan serta dalam berbagai program yang dicanangkan pemerintah, 

bukan pula hanya soal seberapa banyak masyarakat Indonesia yang bekerja, tapi juga soal bagaimana caranya agar kemampuan diri untuk berdikari ada dalam setiap diri bangsa Indonesia demi terwujudnya Indonesia yang makmur, sejahtera dan berkeadilan sosial.  

Referensi:

Dinata, A. (2021). Ekonomi Berdikari, Pahlawan Masa Kini, Kedaulatan Ekonomi. https://www.gatra.com/news-528231-ekonomi-ekonomi-berdikari-pahlawan-masa-kini-kedaulatan-ekonomi.html

Shemi, H. (2020). Mengenang Pidato Bung Karno soal Berdikari, Ekonomi yang Mandiri. https://www.idntimes.com/business/economy/helmi/mengenang-pidato-bung-karno-soal-berdikari-ekonomi-yang-mandiri/5

Soniaty, S. (2021). Peran Agama dalam Pembangunan: Studi Kasus Pengejawantahan Teks Religius pada Al-Ittifaq. Institut Teknologi Bandung.

Tugumalang.id. (2019). Belajar Ekonomi Berdikari ala Bung Karno. https://kumparan.com/tugumalang/belajar-ekonomi-berdikari-ala-bung-karno-1sA9IQiymEk

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun