Seiring dengan berkembangnya zaman dan kemajuan teknologi seperti saat ini, kita lebih mudah mengakses musik atau lagu dengan menggunakan teknologi informasi terkini, yaitu melalui perangkat lunak (software) yang dapat di akses melalui internet dengan menggunakan komputer, laptop, ataupun perangkat telepon pintar, begitu juga dengan menggunakan perangkat keras berupa CD, MP3 portable dan lain sebagainya.
Jenis musik atau lagu yang sering dimainkan sangat beragam mulai dari musik pop, jazz, blues, rock, punk, metal, indie, hip hop, rap, reggae, serta saat ini yang paling banyak diminati oleh anak muda di zaman sekarang adalah Electronic Dance Music (EDM), sedangkan untuk jenis musik tradisonal, masyarakat kita banyak yang menyukai musik dangdut yang sangat populer saat ini.
Bila kita lihat dalam kehidupan sehari-hari, banyak orang yang mendengarkan musik ataupun lagu yang mereka sukai, dimana pun mereka berada, entah itu lagu gembira, sedih, maupun kecewa.Â
Namun, akibat dari era globalisasi ini, membuat kita melupakan perhatian kita terhadap lagu anak-anak.
Saat ini, lagu anak-anak mulai dilupakan oleh anak yang lahir di era globalisasi, yang dikenal dengan generasi milenial, karena maraknya musik yang mereka dengarkan bertema cinta, putus asa dan lain sebagainya, yang sering diputarkan di lingkungan sekitar, sehingga membuat anak-anak terdampak akibat lebih sering mendengarkan lagu dewasa yang lirik dan temanya tidak sesuai dengan umur mereka.
Dengan kurangnya lagu anak yang beredar di masa sekarang, bukan hanya meredupkan hiburan yang layak bagi anak, tetapi juga pendidikan yang layak bagi anak.Â
Melalui lagu anak yang positif akan memberikan pemahaman kepada anak, dan anak akan akan mengingat dan melakukan sesuai dengan yang diharapkan menurut lagu tersebut, seperti contoh cuci tangan sebelum makan, sikat gigi sebelum tidur, rajin belajar, menghargai teman, menghargai perbedaan dan sebagainya.Â
Sehingga dengan kekurangan tersebut, dapat membuat anak bercermin dari perilaku orang tuanya yang memiliki sifat egois, main kuasa, yang tanpa sadar membentuk anak-anak dan mencoba memaksakan kehendaknya saat dewasa nanti dengan kekerasan.
Seperti yang kita ketahui juga, banyak acara televisi nasional saat ini, kurang dalam menyisihkan jam tayangnya untuk menampilkan penyanyi cilik dengan lagu anak-anak yang sesuai dengan usia mereka. Dengan demikian, hal tersebut menjadi perhatian kita sebagai orang tua dan masyarakat yang peduli akan tumbuh kembang anak.Â
Maka dari itu, perlunya bentuk kepedulian bersama dalam memperhatikan dan menjaga agar lagu yang dinyanyikan anak-anak sesuai dengan usianya. Karena tak bisa dipungkiri, lagu anak saat ini, sangat minim dan memang begitu dinantikan, sehingga perkembangan industri musik untuk anak tidak boleh terhenti.
Lagu anak-anak di zaman sekarang, memang tidak sebanyak di era tahun 90-an. Saat itu, kita disajikan berbagai macam lagu anak dari banyak penyanyi cilik. Sementara saat ini, jarang sekali kita temukan penyanyi cilik yang benar-benar membawakan lagu-lagu anak sesuai usianya.Â
Misalnya, Kak Seto (Si Komo) dengan "Si Komo Lewat", Enno Lerian dengan "Malas Bersih-bersih", Trio Kwek-kwek dengan "Si Jago Mogok", Joshua dengan "Diobok-obok", Chikita Meidy, Tasya, dan lain sebagainya.
Lagu-lagu di atas sangat bagus serta sesuai dengan usia kanak-kanak dengan lirik yang tidak terlalu panjang, tema lagu merupakan hal yang sering dialami oleh anak-anak, dengan nada yang gembira ataupun terkadang melankolis, namun dapat digabungkan dengan goyangan ataupun tepukkan tangan serta isinya tidak tentang keluhan, pesimistis, rendah diri dan emosi-emosi desktruktif lainnya.Â
Biasanya malah ceria, atau agak slow tapi tentu bukan untuk mengasihani diri sendiri, apalagi beberapa diantaranya mengandung nilai pendidikan dan nilai moral.
Dikutip dari laman www.viva.co.id/showbiz/171378-kak-seto-prihatin-pada-lagu-anak-anak, Senin, 16 Agustus 2010 seperti halnya, pemerhati anak, Seto Mulyadi yang akrab disapa Kak Seto, mengungkapkan rasa keprihatinannya terhadap lagu-lagu anak yang dinilainya hampir punah dan munculnya penyanyi cilik juga semakin terkikis saat ini, karena sepertinya lagu anak tidak mendapatkan dukungan dari banyak pihak, baik itu dari pemerintah, dari media atau mungkin masyarakat sendiri.Â
Jadi, harus ada suatu kesadaran bahwa anak-anak sangat mendambakan adanya lagu-lagu anak yang positif.
Kak Seto juga menyampaikan rasa keprihatinanya dengan memberikan sedikit saran. Mungkin lagu anak dibuat yang bisa menjangkau segala usia. Kalau anak balita ya disesuaikan dengan balita, untuk anak SD ya anak SD, tapi akhirnya lagu tersebut bisa dinyanyikan oleh semua anak-anak, tanpa harus mengandalkan musik, tapi tetap bisa dinyanyikan.
Untuk mengembangkan dan menumbuhkan minat para penyanyi cilik dan pencipta lagu anak untuk berkreasi lebih maksimal, melalui lomba dan cipta lagu anak maupun event--event lainnya yang melibatkan penyanyi cilik dan pencipta lagu anak. Hal ini diharapkan agar lagu anak dapat berkembang dan menjaga eksistensinya.
Saat ini, beberapa stasiun televisi telah mendongkrak minat anak-anak terhadap lagu anak anak, namun hal ini belum maksimal, dimana lagu yang disuguhkan lebih kepada mengulang lagu-lagu lama yang telah ada sebelumnya, dengan melakukan reproduksi dengan aransemen, sehingga lagu-lagu yang dinyanyikan lebih menarik dengan perkembangan zaman.
Namun, bila kita menilik kembali beberapa stasiun televisi swasta saat ini, juga menggelar acara kontes bernyanyi, yang melibatkan ribuan orang dengan menyuguhkan acara atau lagu lagu yang sudah ada dan hanya penilaian yang dilakukan terkait penampilan, penghayatan, intonasi nada dan suara dan lain sebagainya seperti contoh Indonesian Idol Junior, X- Factor dan lain sebagainya, yang hanya memunculkan dan mengorbitkan penyanyi-penyanyi cilik, namun terkadang lagu yang dinyanyikan tidak sesuai dengan usia anak tersebut.
Maka dalam hal tersebut, pemerintah perlu segera melakukan pembinaan dan pengembangan bagi penyanyi cilik dan pencipta lagu cilik, agar selalu aktif dalam meningkatkan kreasinya, sehingga lagu anak-anak sekarang kembali eksis seperti tahun 90-an.
Menurut Penulis beberapa cara yang dapat dilakukan oleh pemerintah dalam menghimbau kepada stasiun televisi nasional yang memiliki jumlah penonton cukup besar untuk membuat acara lomba cipta lagu anak, pencarian bakat penyanyi cilik ataupun melakukan beberapa pendekatan kepada rumah produksi (production house) yang berkecimpung dalam produksi lagu anak-anak untuk mengorbitkan penyanyi cilik dengan lagu anak-anak yang memiliki kemampuan baik.Â
Dengan adanya perhatian pemerintah itu, akan menelurkan penyanyi--penyanyi cilik yang mememilki kompetensi dan kapabilitas di dunia tarik suara (bernyanyi).Â
Dalam skala kecil, pemerintah daerah melalui dinas terkait lebih gencar dalam melakukan lomba cipta lagu anak-anak dan pencarian bakat penyanyi-penyanyi cilik di wilayah masing-masing melalui radio dan televisi lokal. Itu merupakan salah satu upaya untuk Merangsang Lagu Anak-anak Bangkit Kembali.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H