Di zaman kerajaan, raja sering kali mendengarkan masukan dari para penasihat dan tokoh masyarakat. Dalam demokrasi modern, partisipasi rakyat dalam proses pengambilan keputusan adalah elemen yang tak terpisahkan. Melalui musyawarah, pemimpin dan rakyat bisa bekerja sama untuk mencapai mufakat yang terbaik bagi semua pihak.
Pemimpin yang memegang teguh semangat Manunggaling Kawulo Gusti harus selalu mengutamakan tanggung jawab moral dan etika dalam setiap keputusannya. Hal ini penting untuk mencegah penyalahgunaan kekuasaan, korupsi, dan ketidakadilan dalam pemerintahan. Dengan demikian, pemimpin dapat menjadi teladan yang baik bagi rakyatnya, menciptakan lingkungan politik yang lebih sehat dan transparan.
Dalam Manunggaling Kawulo Gusti, kekuasaan seorang raja tidak bersifat absolut tanpa batas, melainkan diimbangi oleh kewajiban moral untuk memimpin dengan bijaksana. Prinsip ini sejalan dengan sistem checks and balances dalam demokrasi modern, di mana pemimpin harus tunduk pada aturan hukum dan kontrol dari lembaga-lembaga independen serta pengawasan rakyat.
Meskipun memiliki banyak nilai positif, konsep Manunggaling Kawulo Gusti juga mendapat kritik, terutama ketika dipakai untuk melegitimasi kekuasaan otoriter atau feodalisme. Beberapa penguasa di masa lalu menggunakan konsep ini sebagai alat untuk memantapkan posisi mereka sebagai pemimpin yang "ilahi" dan tak terbantahkan, sehingga rakyat dipaksa untuk tunduk tanpa syarat.
Dalam politik modern, penyalahgunaan konsep ini bisa terjadi ketika pemimpin menggunakan legitimasi budaya atau agama untuk menghindari kritik dan akuntabilitas. Oleh karena itu, sangat penting bagi pemimpin modern untuk memahami bahwa Manunggaling Kawulo Gusti bukanlah tentang kekuasaan absolut, melainkan tentang tanggung jawab bersama antara rakyat dan pemimpin.
Manunggaling Kawulo Gusti adalah konsep yang kaya akan makna dan relevan bagi dinamika politik dan pemerintahan modern. Nilai-nilainya tentang harmoni, tanggung jawab, dan keadilan bisa memberikan inspirasi dalam memperbaiki hubungan antara rakyat dan pemimpin di era demokrasi. Namun, seperti halnya semua konsep dalam politik, penting untuk memastikan bahwa filosofi ini tidak disalahgunakan sebagai alat untuk mempertahankan kekuasaan tanpa akuntabilitas.
Sebagai bangsa yang kaya akan warisan budaya, Indonesia memiliki peluang besar untuk memanfaatkan konsep-konsep seperti Manunggaling Kawulo Gusti dalam membangun sistem pemerintahan yang lebih manusiawi, adil, dan harmonis. Pemimpin dan rakyat harus menyadari bahwa keduanya adalah bagian dari satu kesatuan yang tak terpisahkan, yang harus bekerja sama demi mencapai kesejahteraan bersama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H