Mohon tunggu...
senopati pamungkas
senopati pamungkas Mohon Tunggu... Wiraswasta - Hubbul Wathan Minal Iman

"Bila akhirnya engkau tak bersama orang yang selalu kau sebut dalam do'amu, barangkali engkau akan bersama orang yang selalu menyebut namamu dalam do'anya."

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Mengukur Dampak Calon Perempuan dalam Pilkada Serentak 2024: Potensi Kemenangan dan Perubahan Sosial

15 September 2024   19:34 Diperbarui: 15 September 2024   19:45 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pilkada Serentak 2024 menjadi momen penting dalam sejarah politik Indonesia, di mana ribuan kandidat berlomba untuk menduduki posisi strategis di pemerintahan lokal. Di tengah hiruk-pikuk ini, kehadiran calon perempuan semakin menarik perhatian publik, terutama mengingat peran sentral mereka dalam mengubah lanskap politik dan sosial di tingkat daerah. Pertanyaannya, seberapa besar dampak yang bisa ditimbulkan oleh calon perempuan dalam Pilkada Serentak 2024? Bagaimana peluang mereka untuk menang dan apa saja perubahan sosial yang mungkin terjadi?

Sejak era Reformasi, keterlibatan perempuan dalam politik Indonesia mulai mengalami peningkatan. Meski demikian, representasi perempuan dalam pemerintahan masih jauh dari ideal. Data menunjukkan bahwa jumlah perempuan yang terpilih dalam berbagai tingkatan pemerintahan cenderung fluktuatif, sering kali lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti budaya patriarki yang masih kuat, stigma sosial, dan minimnya dukungan partai politik terhadap kader perempuan.

Namun, upaya untuk meningkatkan representasi perempuan terus dilakukan, terutama melalui kebijakan afirmasi kuota 30% bagi perempuan dalam daftar calon legislatif. Meskipun kebijakan ini tidak selalu berdampak langsung pada hasil pemilu, setidaknya telah membuka jalan bagi lebih banyak perempuan untuk terlibat dalam dunia politik. Pilkada Serentak 2024 diharapkan menjadi titik balik, di mana calon perempuan tidak hanya dipandang sebagai pelengkap, tetapi juga sebagai pesaing serius dalam perebutan kekuasaan.

Dalam konteks Pilkada Serentak 2024, calon perempuan memiliki potensi besar untuk meraih kemenangan. 

Pemilih Indonesia semakin terbuka terhadap kepemimpinan perempuan, terutama setelah melihat keberhasilan sejumlah perempuan yang menduduki posisi strategis di tingkat nasional dan daerah. Nama-nama seperti Tri Rismaharini, Sri Mulyani, dan Khofifah Indar Parawansa telah membuktikan bahwa perempuan mampu memimpin dengan baik, bahkan di tengah tantangan yang kompleks.

Kehadiran pemimpin perempuan yang berhasil ini telah mengubah persepsi publik, terutama di daerah perkotaan, di mana pemilih cenderung lebih terbuka terhadap perubahan. Selain itu, pemilih perempuan, yang merupakan setengah dari populasi pemilih, mungkin lebih merasa terwakili dan cenderung memberikan dukungan kepada kandidat perempuan.

Calon perempuan sering kali membawa isu-isu yang lebih dekat dengan kesejahteraan keluarga, kesehatan, pendidikan, dan pemberdayaan perempuan. Isu-isu ini relevan bagi banyak pemilih, terutama di daerah yang mengalami kesenjangan sosial dan ekonomi yang besar. Selain itu, perempuan sebagai calon pemimpin dianggap lebih peka terhadap masalah-masalah sosial, sehingga dapat menarik pemilih yang peduli pada isu kesejahteraan masyarakat.

Dukungan partai politik terhadap calon perempuan terus meningkat seiring dengan semakin besarnya tekanan dari masyarakat dan kelompok advokasi gender. Partai politik yang ingin tampil progresif dan meraih suara dari pemilih perempuan dan kaum muda kemungkinan besar akan memberikan dukungan yang lebih besar kepada calon perempuan. Hal ini terutama terlihat dalam pilkada di daerah perkotaan, di mana dukungan terhadap kesetaraan gender lebih menonjol.

Banyak calon perempuan yang berlaga di Pilkada Serentak 2024 bukanlah pendatang baru dalam politik. Mereka memiliki pengalaman panjang dalam pemerintahan, organisasi masyarakat, atau sebagai aktivis sosial. Pengalaman ini memberikan mereka keunggulan kompetitif, terutama dalam menghadapi isu-isu lokal yang kompleks. Pemilih yang cenderung rasional akan lebih memilih calon yang memiliki rekam jejak yang terbukti mampu memimpin dan memberikan perubahan nyata.


Meskipun memiliki potensi besar, calon perempuan juga dihadapkan pada berbagai tantangan. Salah satunya adalah stigma sosial yang masih melekat dalam masyarakat patriarkal, terutama di daerah pedesaan. Banyak masyarakat yang masih beranggapan bahwa perempuan tidak cocok untuk memimpin, terutama dalam urusan yang dianggap maskulin, seperti pembangunan infrastruktur dan pengelolaan sumber daya alam.

Selain itu, minimnya dukungan finansial juga menjadi kendala besar bagi banyak calon perempuan. Politik Indonesia, seperti halnya di banyak negara lain, masih sangat dipengaruhi oleh kekuatan uang. Calon perempuan sering kali kesulitan mengakses sumber daya finansial yang sama dengan calon laki-laki, baik dari partai politik maupun donatur individu. Keterbatasan dana ini membatasi mereka dalam melakukan kampanye yang efektif dan menjangkau pemilih di daerah yang lebih luas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun