Mohon tunggu...
senopati pamungkas
senopati pamungkas Mohon Tunggu... Wiraswasta - Hubbul Wathan Minal Iman

"Bila akhirnya engkau tak bersama orang yang selalu kau sebut dalam do'amu, barangkali engkau akan bersama orang yang selalu menyebut namamu dalam do'anya."

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Mengurai Hakikat Eksistensi, Antara Realitas dan Ilusi

6 September 2024   11:08 Diperbarui: 8 September 2024   09:30 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi: whiteboard journal

Dalam realitas virtual, pengalaman kita dengan dunia bisa diubah sepenuhnya. Kita bisa berada di tempat yang berbeda atau menjalani identitas yang berbeda, meskipun secara fisik kita tetap berada di satu lokasi. Ini menciptakan bentuk baru dari pengalaman eksistensial, di mana realitas menjadi semakin kabur, dan perbedaan antara dunia nyata dan ilusi menjadi semakin sulit untuk dibedakan.

Pertanyaan mendasar yang tetap ada adalah, apakah eksistensi kita berakar pada realitas objektif ataukah ia hanya ilusi yang dibentuk oleh pikiran kita sendiri? Filsafat tidak menawarkan satu jawaban pasti, melainkan beragam perspektif yang saling berkonflik dan melengkapi.

Dalam perspektif realis, seperti yang diungkapkan oleh Aristoteles, dunia fisik memiliki substansi dan eksistensi yang nyata. Kita berinteraksi dengan dunia ini dan memahami makna melalui pengalaman indrawi dan rasionalitas. Namun, perspektif idealis, seperti yang diajukan oleh Plato dan kemudian dikembangkan oleh Immanuel Kant, menunjukkan bahwa apa yang kita alami hanyalah representasi dari dunia yang lebih mendalam, yang tidak dapat kita jangkau sepenuhnya melalui indra kita.

Sementara itu, filsuf eksistensialis seperti Sartre menempatkan eksistensi sebagai pengalaman subjektif, di mana realitas ditentukan oleh pilihan dan tindakan individu. Di sisi lain, skeptisisme mempertanyakan apakah kita bisa benar-benar mengetahui realitas, atau apakah kita hanya hidup dalam ilusi yang diciptakan oleh persepsi kita sendiri atau, mungkin, oleh teknologi yang semakin canggih.

Eksistensi, antara realitas dan ilusi, tetap menjadi pertanyaan terbuka dalam filsafat. Setiap perspektif menawarkan wawasan yang berbeda tentang bagaimana kita memahami diri kita sendiri dan dunia di sekitar kita. Pada akhirnya, pemahaman kita tentang eksistensi mungkin tidak pernah sepenuhnya final, tetapi terus berkembang seiring dengan perkembangan pengetahuan, teknologi, dan pemikiran filosofis. Satu hal yang pasti, pertanyaan tentang realitas dan ilusi akan terus menginspirasi dan menantang cara kita melihat dunia dan tempat kita di dalamnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun