Mohon tunggu...
senopati pamungkas
senopati pamungkas Mohon Tunggu... Wiraswasta - Hubbul Wathan Minal Iman

"Bila akhirnya engkau tak bersama orang yang selalu kau sebut dalam do'amu, barangkali engkau akan bersama orang yang selalu menyebut namamu dalam do'anya."

Selanjutnya

Tutup

Politik

Potret Indonesia di Persimpangan Jalan (1) Demokrasi Indonesia: Dari Reformasi ke Realitas

4 September 2024   10:30 Diperbarui: 4 September 2024   12:48 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi: @senopati_pamungkas

Pendahuluan

Sejak jatuhnya Orde Baru pada tahun 1998, Indonesia memasuki era Reformasi yang ditandai dengan harapan besar untuk demokrasi yang lebih terbuka dan partisipatif. Reformasi adalah titik balik dalam sejarah politik Indonesia, di mana kekuasaan otoriter digantikan oleh sistem demokrasi yang memberi ruang lebih luas bagi kebebasan berpendapat, hak asasi manusia, dan partisipasi politik masyarakat. Namun, perjalanan demokrasi Indonesia dari Reformasi hingga sekarang penuh dengan dinamika dan tantangan yang kompleks.

Perjalanan Awal: Euforia Reformasi

Pasca-Reformasi, Indonesia melakukan berbagai perubahan signifikan dalam sistem politiknya. Kebebasan pers, pemilu yang lebih bebas dan adil, serta desentralisasi kekuasaan adalah beberapa pencapaian awal yang menunjukkan komitmen Indonesia terhadap demokrasi. Euforia ini ditandai dengan munculnya banyak partai politik baru, kebebasan media yang lebih besar, dan peran aktif masyarakat sipil dalam mengawasi pemerintahan.

Pada masa ini, Indonesia juga menyaksikan perubahan konstitusi yang memperkuat sistem presidensial dan menciptakan lembaga-lembaga baru seperti Mahkamah Konstitusi, yang bertujuan menjaga keseimbangan kekuasaan dan melindungi hak-hak warga negara.

Tantangan Awal: Konsolidasi Demokrasi

Namun, perjalanan demokrasi Indonesia tidak selalu mulus. Tantangan pertama yang dihadapi adalah konsolidasi demokrasi. Dengan adanya banyak partai politik, koalisi yang rapuh sering kali menghambat stabilitas pemerintahan. Selain itu, desentralisasi yang dimaksudkan untuk memperkuat otonomi daerah kadang-kadang berujung pada korupsi dan ketidakefisienan di tingkat lokal.

Isu korupsi menjadi salah satu tantangan utama dalam konsolidasi demokrasi. Meskipun telah dibentuk lembaga anti-korupsi seperti KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi), korupsi tetap menjadi masalah besar yang menggerogoti integritas demokrasi dan kepercayaan publik terhadap pemerintahan.

 

Era Media Sosial: Demokrasi dalam Lanskap Digital

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun