Mohon tunggu...
Senopati Gusti
Senopati Gusti Mohon Tunggu... Foto/Videografer - mahasiswa

aku suka motret dan ingin belajar jurnalistik. salam

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Pilihan

Kebul di Pojokan Beringharjo

30 November 2023   07:51 Diperbarui: 30 November 2023   07:55 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Yogyakarta -- Tak lapuk oleh hujan, tak lekang oleh panas, mungkin ungkapan ini tepat bagi suwarni  seorang penjual sate kere yang berjualan di depan pintu selatan Beringharjo.

Dengan usianya yang semakin tua namun suwarni tetap lihai saat melayani pembeli. Tak mudah perjalanan yang dilalui oleh suwarni, ia mengalami berbagai suka dan duka dalam menjalankan dagangannya. Kebulan asap yang tiada hentinya menandakan lapak suwarni sedang laris oleh pembeli. pasalnya lapak dagangan suwarni menjadi salah satu tempat tujuan pengunjung Pasar Beringharjo.

Suwarni sudah berjualan sate kere sejak 39 tahunan yang lalu, ia mengaku bahwa satenya-lah sate kere yang asli. Semenjak tahun 84 an sate yang dijual mbah suwarni tidak pernah berubah. Walaupun sederhana tetapi lapak dagangannya tak pernah sepi pembeli.

Dengan Berbekal resep dari keluarganya yang turun temurun, Suwarni menyuguhkan rasa sate yang tak pernah berubah semenjak 39 tahun yang lalu. rasa dari sate yang dijualnya selalu konsisten setiap tusuknya.

Sate yang dijualnya ada beberapa macam jenis. tak hanya sate kere saja yang berisikan lemak namun suwarni juga menjual sate yang berisikan daging. harganya pun berbeda, sate kere yang berisikan lemak ia jual dengan harga 4000 per tusuknya sedangkan sate dagingnya ia jual dengan harga 5000 per tusuknya.

Suwarni sangat bersyukur karena dapat berjualan di Pasar Beringharjo. Pasalnya ia pernah diusir dari Pasar Beringharjo dan tidak diperbolehkan untuk berjualan disana karena tidak memiliki kios dan hanya mengemper didepan pintu saja.

Meski terbilang usia Suwarni sudah tua, ia tetap semagat untuk berjualan. menurutnya dengan berjualan di Pasar menjadi kegiatan di hari tua ketimbang berdiam diri dirumah saja. Hasil dari penjualannya ia gunakan untuk bersedekah dan memberi uang cucu -- cucunya. " ya dibuat sedekah, ya dikasih ke cucu- cucu juga" ujarnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun