Penurunan angka kasus baru virus Covid-19 mendorong pemulihan di berbagai sektor, tidak terkecuali pendidikan. Selama lebih dari 1 tahun terakhir, para peserta didik melaksanakan pendidikannya dalam jaringan (daring).Â
Fenomena ini seakan sudah menjadi kebiasaan yang mengharuskan para murid beradaptasi kembali pada kegiatan belajar mengajar di sekolah, karena tidak dapat dipungkiri bahwa efektivitas belajar dengan bimbingan secara langsung oleh guru jauh lebih efektif dibanding secara daring.
 TK Islam Al-Farisi (Cibinong, Bogor) merupakan salah satu sekolah yang menerapkan sistem belajar hybrid. Peserta didik memiliki pendapat yang beragam mengenai pilihan antara belajar di rumah atau di sekolah.
Beberapa murid TK Islam Al Farisi yang memilih lebih suka belajar di sekolah berpendapat bahwa mereka dapat bertemu dan bermain bersama teman-temannya.Â
Selain itu, fasilitas di sekolah seperti tempat menggambar dan berbagai permainan lainnya tidak dimiliki di rumah. Jika dibandingkan dengan belajar di rumah, mereka kadang dimarahi oleh orang tuanya sebagai pembimbing pembelajaran.
Pendapat yang berbeda juga disampaikan oleh murid lainnya mengenai pilihan yang sama. Mereka lebih menyukai belajar di rumah karena orang tuanya yang sangat memperhatikan mereka. Tugas-tugas yang diberikan di sekolah juga seringkali membebani peserta didik.
Dari kedua pendapat murid TK Islam Al Farisi tersebut, dapat penulis simpulkan bahwa kenyamanan belajar untuk anak usia TK sangat dipengaruhi oleh peran orang tua dalam mendidik anaknya.
Belajar secara daring maupun luring sama-sama memiliki kelebihan dan kekurangannya tersendiri. Maka dari itu, orang tualah yang bertanggung jawab mengarahkan pemahaman dasar anaknya dengan meminimalisir kekurangan di setiap sistem pembelajaran yang diambil.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H