Kediri (1042-1222) adalah kerajaan masa Hindu Budha yang lebih memusatkan perhatian pada ketenangan kehidupan masyarakatnya. Politik ekspansi tidak dilakukan sehingga jejak peninggalannya lebih banyak pada bidang karya sastra.Â
Bisa dikatakan bahwa karya sastra di masa kerajaan Kediri adalah yang paling banyak dibandingkan dengan kerajaan Singhasari dan Majapahit. Banyaknya karya sastra yang ditulis cukup membuktikan bahwa kehidupan di Kediri saat itu cukup tenang, aman, dan tentram.Â
Tentunya jika situasi bergejolak terus maka tidak memungkinkan bagi para mpu berkarya dibidangnya termasuk untuk sastra. Suksesi kepemimpinan berlangsung dengan lancar dan para raja yang memerintah bisa menjalankan kekuasaannya dengan baik. Itulah Kediri yang lebih memusatkan pada kehidupan intern di wilayah kerajaannya.
Singhasari (1222-1292) cukup kontroversi dengan tragedi berdarah di awal berdirinya. Dirintis oleh Ken Arok, yang tidak dikenal dari prasasti-prasasti melainkan hanya dari kitab Pararaton dan juga dari Nagarakrtagama (R. Soekmono, 61 : 1990). Tragedi berdarah berlangsung sejak awal dan baru berakhir di masa pemerintahan Ranggawuni yang bergelar Wisnuwardhana.Â
Mencapai kejayaan di masa Kertanegara, sekaligus raja terakhir Singhasari. Â Kertanegara dengan konsep cakrawalamandala yaitu ingin meluaskan wilayah yang salah satunya ke Sumatra dengan mengirimkan ekspedisi Pamalayu. Kertanegara juga berani menolak untuk mengakui kedaulatan Kubilai Khan.Â
Memang agak berkesan ambigu dari kebijakan politik Kertanegara. Disatu sisi ingin meluaskan wilayah meskipun dalam konteks nusantara (Sumatra), tapi dilain sisi juga menolak politik ekspansi yang dilakukan Kubilai Khan.
Majapahit (1293-1528) dirintis oleh Raden Wijaya yang juga menantu Kertanegara. Dimulai dari sebuah tanah di desa Tarik, pemberian Jayakatwang Kediri, Raden Wijaya mengawali sebuah kerajaan yang nantinya memiliki wilayah terluas dibandingkan Kediri dan Singhasari.Â
Di desa kecil inilah Majapahit tumbuh dan berkembang menjadi kerajaan yang disegani bahkan menjadi hegemoni tunggal di nusantara abad XIII - XVI. Politik intern dan ekstern dijalankan secara bersamaan oleh Majapahit.Â
 Politik intern artinya sambil menyusun sistem ketatanegaraan dan menghadapi serangkaian pemberontakan khususnya di masa Jayanegara, juga merintis kekuatan militer yang nantinya digunakan ketika mempraktikkan politik ekstern dalam arti ekspansif sehingga memiliki wilayah luas.
Segitiga hegemoni kerajaan itu berlangsung di zaman Singhasari khususnya di masa Kertanegara. Kertanegara yang menolak mengakui Kubilai Khan tentunya menjadi potensi tersembunyi adanya ancaman dari luar. Sedangkan ancaman dari dalam yaitu Kediri (karena Kertajaya dikalahkan oleh Ken Arok) juga menjadi potensi balas dendam bagi Singhasari.Â
Dua ancaman itulah yang menjadi momentum munculnya Majapahit setelah berakhirnya Singhasari. Potensi ancaman dari dalam muncul ketika serangan Jayakatwang dari Kediri mampu menewaskan Kertanegara.Â