Saya juga sering tergoda bahkan jatuh dalam kemalasan, kesombongan, iri hati. Saya terus berjuang untuk hal tersebut karena Tuhan dan hanya dengan kekuatan dari Tuhan saya mampu keluar dari semua itu, kalau hanya berdasarkan diri saya, tentu saya akan memilih kemalasan (memanjakan diri), kesombongan, saya tidak mau berkorban untuk pelayanan, saya tidak mau memberi uang saya pada pelayanan lebih baik uang itu saya pakai untuk membeli sesuatu, dstnya.
Mau, tidak ? karena Tuhan, walaupun kita tidak punya uang tetapi terus melayani, tidak punya uang berani jalan kaki, menahan rasa malu karena Tuhan. Saya salut dengan beberapa teman-teman mahasiswa. Dulu di Kupang belum ada ojek online karena uang terbatas mereka rela jalan kaki 2-3 KM untuk datang bersekutu. Mereka  mau melakukan karena Tuhan, karena kekuatan dari Tuhan, tidak ada rasa malu.
Mau, tidak karena Tuhan berani melawan perintah atau arahan yang tidak benar walaupun resikonya berat. Saya sangat bersyukur pernah bertemu dengan siswa dan mahasiswa  yang tetap tidak mau nyontek dan berikan contekan, bahkan  pada saat ujian nasional walaupun di marahi oleh guru-gurunya, dan akhirnya ada yang tidak lulus. Bukan hanya guru, orang tuanya pun sampai katakan kamu tidak lulus karena tidak nyontek tetapi sampai mahasiswapun mereka tetap tidak nyontek.
Saya juga sangat bersyukur bertemu dengan beberapa teman alumni yang tidak mau tanda-tangan berkas-berkas yang tidak benar walaupun di paksa atasannya, bahkan ada yang di kejar satpam, tetapi mereka tidak mau melakukannya. Walaupun mereka tidak menerima uang yang tidak benar tetapi mereka tetap bekerja semaksimal mungkin, bisa lembur.
Karena Tuhanlah Paulus berani berkorban, berani di aniaya , berani menanggung hinaan maka seharusnya untuk Tuhan sajalah maka kita bisa seperti itu, kita bisa menentang banyak hal yang tidak benar karena kekuatan dari Tuhan dan untuk Tuhan. Mungkin yang kita lakukan tidak sempurna, mungkin juga tidak sehebat Paulus tetapi dalam banyak hal kita berani menyatakan kebenaran, berani menangung resiko.
Kenapa tidak berani akan hal itu, padahal yang kita lakukan ini untuk Tuhan, kenapa kita tidak berani menahan rasa malu karena Tuhan, kenapa kita tidak mau mengampuni orang lain karena Tuhan, kenapa kita tidak berani berbeda dengan orang yang sudah jelas salah karena Tuhan. Kalau kita belum melakukan hal-hal tersebut mungkin selama ini kita melayani tetapi kita belum berjuang untuk Tuhan. Pelayanan yang belum ada perjuangannya karena tidak berani menghadapi tantangan.
Selanjutnya rasul Paulus juga menyatakan dalam ay 4, sebaliknya, karena Allah telah menganggap kami layak untuk mempercayakan Injil kepada kami, karena itulah kami berbicara, bukan untuk menyukakan manusia, melainkan untuk menyukakan Allah yang menguji hati kita.
Jadi dalam pelayanannya ia tidak mau menyukakan hati manusia, hanya menyukakan hati Allah. Padahal menyukakan hati manusia adalah salah satu resiko dan godaan yang terbesar. Sebagai seorang pelayan/pemberita injil kita ingin jemaat menerima kita, kita ingin di sanjung/di puji oleh jemaat, maka terkadang kita tidak berani berkata keras kepada jemaat karena takut jemaat meninggalkan pelayan Tuhan. Yang namanya di tinggalkan oleh orang-orang, tidak menyenangkan.
Di sabu, di suatu daerah yang terpencil pernah seorang pengkhotbah berkhotbah menentang judi ayam yang merupakan suatu tradisi turun-temurun maka minggu depannya gereja hanya di hadiri oleh beberapa orang, sekitar 50% persen  tidak datang gereja.
Di salah satu gereja  karena karena begitu menyukakan hati jemaat maka pendetanya begitu gampangnya menikahkahkan pasangan yang beda agama tanpa ada katekisasi, tidak ada pastoral yang ketat bahkan minggu depan akan sidi, hari ini orang-orang tua bisa mendaftarkan anak-anaknya untuk sidi tanpa ikut katekisasi, sangat menyukakan hati jemaat/manusia, karena tidak mau di tinggalkan jemaat.
Dalam ay 5, Paulus mengatakan : Karena kami tidak pernah bermulut manis hal itu kamu ketahui dan tidak pernah mempunyai maksud loba yang tersembunyi. Pernyataan ini juga di tujukan kepada jemaat Tesalonika karena dalam ay 6, ia katakan juga tidak pernah kami mencari pujian dari manusia, baik dari kamu, maupun dari orang-orang lain.