Mengapa menyakitkan ? Karena kita yang sudah menyimpang, kalau  dulu hal itu tidak menganggu kita, tetapi sekarang sangat menganggu. Sebenarnya saat ini, di manakah posisi kita masih meninggikan Tuhan ataukah sudah meninggikan diri.
Ada seorang  hamba Tuhan, khotbahnya itu sangat bagus, dalam berprilaku, ia menunjukan prilaku sebagai hamba Tuhan, suka menolong, sangat berkorban. Ia pimpinan dari suatu institusi pelayanan.
Suatu waktu dia minta pendapat seluruh bawahannya terhadap kebijakannya, dan ada beberapa bawahannya yang  merasa kebijakannya tidak tepat, dan  menyampaikan keberatan mereka , tetapi apa yang dikatakanya : Saya menyesal punya  staf-staf seperti ini. Waduh, hancur sudah bawahannya sampai ada yang takut, dan minta maaf kepadanya. Ternyata semua hamba Tuhan, kalau berbeda pendapat dengan dia, tidak berani bicara secara langsung.
Saya pikir hamba Tuhan senior ini  terlalu di hormati oleh begitu banyak  orang bahkan orang-orang prestitius sehingga ingin kemauannya yang terjadi, tidak bisa menerima perbedaan.
Maka sekarang di manakah posisi kita, apakah kita masih rendah hati, terus semangat bekerja walaupun tidak di hargai ataukah orang mengenal kita sebagai orang yang hanya mencari penghormatan manusia
Selanjutnya apa yang di lakukan Paulus. Ia katakan: Yang kukehendaki ialah mengenal Dia, supaya aku menjadi serupa dengan Dia. Jadi Paulus ingin mengenal Tuhan lebih dalam  terutama melalui ketataatan terhadap Firman Tuhan. Karena ia katakan "serupa dengan Dia" berarti ini hanya bisa terjadi apabila ia taat terhadap Tuhan.
Jadi kita hanya bisa serupa dengan Tuhan apabila kita mentaati  FirmanNya. Kalau tidak mentaati Firman Tuhan maka prilaku kita tidak seperti Tuhan.
Oleh karena itu yang di lakukan selanjutnya, untuk mengenal Tuhan lebih dalam maka ia berusaha "melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku" Â Â
Dengan kata lain bagi Paulus yang menghambat dia untuk mengenal Tuhan jika hal-hal lahiriah atau penghormatan manusia itu berada di depannya, itulah yang dikejarnya bukan Tuhan sehingga  ia katakan aku menaruh di belakangnya dan melupakannya.
Kalau bapak, ibu selalu saja ingin mengulang memori pada hal-hal lahiriah atau kehormatan manusia maka itulah hambatan terbesar untuk mengenal dan punya prilaku seperti Tuhan.
Saya ini harus di hormati karena senior, saya ini harus di hargai karena sudah berjasa dalam institusi ini, saya harus mendapat award karena sudah bekerja keras. Kalau hal ini masih terus ada, maka itu adalah hambatan terbesar untuk mengenal Tuhan.