Tetapi engkau telah mengikuti ajaranku, cara hidupku, pendirianku, imanku,kesabaranku, kasihku dan ketekunanku. (2 Tim 3:10)
Ayat di atas menunjukan bentuk pendidikan yang paling berhasil, karena Rasul Paulus mampu mentransfer ajarannya, cara hidupnya, pendiriannya, imannya, dll kepada Timotius. Dengan kata lain Paulus bukan hanya memberikan pengetahuan tetapi mentransformasi hidup. Tentu bukan hal yang sangat mudah bagi Rasul Paulus untuk bisa melakukan hal-hal seperti ini dan mempengaruhi Timotius untuk  mengikuti gaya hidupnya.
Dari segi Rasul Paulus sendiri, ia adalah seorang pengajar yang baik : Memiliki pemahaman yang dalam tentang Yesus Kristus (Flp 3:10), dan tentang taurat (Flp 3:6). Â Cara hidupnya antara lain : Selalu menanggalkan hal-hal duniawi dan terus bertumbuh di dalam Tuhan (Flp 3:13-14). Sedangkan dari segi teknik mengajar, caranya melalui pengembalaan dan doa secara kontinyu (2 Ti 1:3-4). Perpaduan kedua hal inilah (kualifikasi pribadi dan teknik mengajar) yang membuat Paulus menjadi pengajar yang baik dan bisa mempengaruhi akan Timotius.
Apa yang dilakukan oleh Paulus sama juga seperti apa yang dilakukan oleh Yesus Kristus terhadap murid-murid-Nya. Ia bukan hanya memberikan pengetahuan tetapi berbagi cara hidup termasuk pendirian-Nya, kasih-Nya, iman-Nya, dll. Dan teknik mengajarpun melalui pengembalaan dan doa secara kontinyu. Dia berdoa sebelum memilih murid-murid-Nya (Luk 6:12); Dia berdoa bagi murid-murid-Nya agar terus di pelihara oleh bapa (Yoh 17: 9-12); Dia berdoa bagi Petrus agar imannya tidak gugur, Â dan Ia meminta mereka untuk terus berdoa (Luk 18:1), dll.
Kalau kita melihat konteks pendidikan pada jaman ini maka sangat berbeda dengan  model Paulus dan Yesus Kristus. Pendidiknya rata-rata pintar sehingga bisa mengajar dengan baik tetapi tidak mengembalakan dan mendoakan anak dididiknya, dan anak didiknya tahu atau tidak tahu terkadang bukan masalah bagi mereka.
Pendidik jaman sekarang bisa dikatakan tidak tahu tujuan mendidik sehingga tidak bertanggung jawab dan tidak bergantung pada Tuhan. Mereka hanya mengira bahwa mendidik itu hanya sebatas mengajar di kelas yang dibatasi oleh bobot sks yang ada, padahal mendidik dalam konteks Yesus Kristus dan Paulus adalah mentransformasi hidup sehingga waktunya bukan hanya saat mengajar tetapi lebih dari pada itu.
Maka wajar kalau out put pendidikan saat ini banyak menghasilkan orang yang karkaternya bobrok, karena pendidik tidak mempunyai waktu untuk mengembalakan mereka.
Kalau seandainya Yesus Kristus hanya mengajar dan tidak mempunyai waktu untuk mengembalakan murid-murid-Nya maka kemungkinan murid-murid-Nya tidak akan setia pada Allah dan tidak mau mati martir. Kalau Paulus tidak mempunyai waktu untuk mengembalakan Timotius maka dia akan mundur seperti Figelus dan Hermogenes karena tidak mampu menghadapi penderitaan yang ada.
Dengan kata lain karena mereka tahu tujuan mendidik adalah untuk mentransformasi hidup sehingga mereka menyediakan waktu untuk mengembalakan, maka akhirnya mereka bisa mendapatkan murid-murid yang terbaik, yang bukan hanya mengikuti ajaran mereka tetapi juga cara hidup mereka.
Apakah kesalahannya hanya pada para pendidik ? Bukankah system juga sama sekali tidak mendukung, dimana  seorang pendidik harus mengajar begitu banyak  mata pelajaran dan memiliki siswa yang sangat banyak? Iya betul, tetapi perlu diingat system itu dibuat manusia.
Kalau para pendidik sadar bahwa tujuan mengajar adalah mentransformasi hidup maka mereka akan berusaha mengubah system walaupun berjalan secara lambat tetapi kalau pendidik tidak sadar akan tujuannya maka ia akan malas tahu dengan system yang ada. Dan ini masalah terbesar saat ini. Pendidik rata-rata hanya memikirkan dirinya, yang penting menuaikan kewajiban mengajar sehingga bisa terima gaji dan tidak tidak peduli dengan perubahan hidup anak didiknya.
Juga yang paling utama pendidik jaman sekarang harus terus berdoa bagi anak didiknya. Paulus mengatakan : Siang dan malam aku terus berdoa untuk kamu (Timotius), Yesus kristus terus berdoa baik secara kolektif maupun pribadi dalam berbagai situasi yang dialami murid-murid-Nya.
Kalau kita melihat kualifikasi yang dimiliki oleh Paulus dan  Yesus Kristus sangat terbaik, Teknik  mengajar juga sangat terbaik tetapi mereka terus berdoa. Kalau Tuhan Yesus saja terus berdoa berarti menujukan bahwa mereka sadar kalau Allah tidak menolong maka tidak akan terjadi pembaharuan hidup walaupun sudah berusaha sekeras apapun. Dengan kata lain sebagai pendidik, mereka mengerjakan bagian mereka semaksimal mungkin tetapi terus mohon kemurahan Tuhan agar anak didiknya bisa mengkuti Tuhan melalui mereka.
Kalau pendidik jaman sekarang tidak berdoa bagi anak didiknya maka mungkin anak didiknya bisa berhasil tetapi keberhasilan itu sangat jauh dibanding kalau Allah sendiri yang berkarya. Dan hal ini terjadi pada diri Fanny Crosby. Ia sudah buta sejak usia 6 minggu tetapi karena terus didukung doa oleh neneknya dan mengajar dia untuk terus berdoa maka akhirnya Tuhan memakai dengan begitu luar biasa.
Walaupun dia buta tetapi bisa menulis sampai 9000 himne jauh lebih hebat dari pada orang yang tidak buta dan lagu-lagu terus hidup dan dipakai oleh banyak gereja sampai saat ini seperti : Ku Berbahagia, Mampirlah Dengar Doaku, Di Jalanku, ku Diiring, dll. Kalau Tuhan yang berkarya jauh lebih hebat dari pada manusia yang berkarya.
Itu bukan berarti kalau kita sudah melakukan seperti cara Yesus Kristus dan Paulus maka semuanya akan berhasil, tidak juga. Karena Yudas, murid Tuhan Yesus juga gagal. Itu menunjukan tergantung juga pada anak didiknya mau atau tidak, menerima dan mengukiti pendidiknya. Tetapi itu bukan utama, yang utama sebagai pendidik, kita harus berusaha mendidik dengan cara yang terbaik karena itulah tanggung jawab kita kepada Tuhan.
Akhirnya Propinsi terbelakan seperti NTT, papua dan yang lainnya  butuh para pendidik seperti ini untuk bisa mentranformasi propinsinya.  Butuh pendidik yang tahu tujuan mengajarnya yaitu untuk mengubah hidup seseorang sehingga dalam mengajarpun bukan hanya sebatas waktu mengajar tetapi punya waktu yang lain untuk pengembalaan dan mau terus berdoa bagi anak didiknya. Tuhan Memberkati Kita Semua.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H