Mohon tunggu...
Senny Pellokila
Senny Pellokila Mohon Tunggu... Guru - Kebun binatang safari

Perubahan yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Berkarya bagi Tuhan atau Bagi Diri Sendiri

5 September 2023   20:39 Diperbarui: 5 September 2023   20:55 639
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku berkata kepadamu:   Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati,ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah. (Yoh 12;24).

Dalam ayat ini, Tuhan Yesus mengambarkan tentang kematian-Nya sama seperti sebuah benih/ biji gandum. Benih itu akan sangat berguna jikalau ia jatuh ke dalam tanah dan mati, tetapi jikalau ia tidak jatuh ke dalam tanah dan mati maka benih tersebut tidak berarti apa-apa. Mengapa bisa demikian ? Singkatnya, karena itulah natur dari sebuh benih, dan sampai kapanpun yang namanya benih akan bisa menghasilkan buah (berguna) apabila  berada di dalam tanah dan mati.

Berarti Tuhan Yesus, ingin katakan bahwa : Saya akan berguna apabila harus mengalami kematian, mengapa ? Karena itulah kehendak Allah. Pertanyaan-Nya, kalau Yesus Kristus tidak mati, apakah Ia bisa berguna bagi sesama ? Pasti berguna, karena Ia pernah mengajar dan  menyembuhkan berbagai penyakit dan banyak orang memperoleh berkat dari apa yang dilakukan-Nya.  Tetapi kalau Ia lakukan semua itu diluar kehendak Allah, jelas Ia hanya berguna bagi diri-Nya, bukan bagi Allah. Karena bagi Allah, Yesus Kristus harus mengerjakan kehendak Allah dan yang terutama melalui kematian-Nya.

Tanpa sadar banyak orang yang bisa jadi seperti ini, merasa sudah melakukan sesuatu yang berguna bagi orang lain tetapi ternyata itu bukan bagian dari kehendak Allah, hanya mengerjakan kehendak/ambisi  diri sendiri. Karena kalau kita katakan hanya "berguna", maka semua hal baik yang kita lakukan pasti berguna tetapi apakah itu memang kehendak Allah atau hanya memuaskan kehendak/ambisi pribadi. Jangan sampai kita kelihatannya berguna bagi orang lain tetapi sebenarnya hanya berguna bagi diri sendiri, bukan bagi Allah.

Salah satu contoh akan hal ini seperti pernyataan Rasul Petrus kepada Kristus dalam Mat 16:32 : Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu, hal itu sekali-kali jangan menimpa Engkau". Sepertinya pernyataan ini baik dan berguna bagi Kristus, tetapi kalau dilihat dari jawaban Kristus  "Enyalah engkau iblis, engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah tetapi apa yang dipikirkan manusia" maka jelas pernyataan Petrus ini hanya untuk kepentingannya sendiri bukan untuk kepentingan Allah. Jadi dari sisi luar, orang melihat Petrus ini pengikut Tuhan yang baik, tetapi dari sisi Tuhan, Petrus hanya baik bagi dirinya bukan bagi Allah.

Ini sama seperti dosen di salah satu perguruan tinggi. Ngajar sangat baik, masuknya pun hampir setiap minggu tetapi tidak peduli dengan kondisi mahasiswa. Jadi ia mengajar hanya untuk menyalurkan talentanya tanpa punya hati kepada mahasiswa. Jelas orang seperti ini hanya berguna untuk dirinya bukan untuk orang lain.

Atau seperti seorang PNS yang punya jabatan dan diberikan semua fasilitas (rumah dinas, mobil dinas, bensin gratis, pulsa gratis,) dan merasa itu sudah sepantasnya dan sewajarnya, dan betul-betul bersikap seperti bos. Tetapi pada waktu tidak lagi mendapatkan jabatan maka dia akan bersikap cuek atau apatis terhadap pekerjaan itu.

Orang seperti inipun kelihatan berguna bagi bangsa dan negera tetapi ternyata hanya berguna bagi dirinya. Karena kalau ia bekerja untuk memuliakan Tuhan walaupun turun dari jabatan ia tetap bekerja dengan sungguh-sungguh karena untuk Tuhan. Dan juga tidak pernah ada dalam Alkitab orang bersikap seperti "bos" yang ada adalah "hamba" yang diberikan kuasa untuk melayani bukan memerintah, dan semua berkat yang diterima adalah anugrah bukan sepantas dan sewajarnya.

Kalau orang percaya  punya sikap seperti ini dalam karya mereka maka secara negative lebih baik tidak pernah dibina lewat gereja/lembaga rohani, karena investasi rohani selama ini sia-sia. Tetapi secara positif doakan mereka, karena mereka pernah dibina berarti sudah cukup tahu tentang kehendak Allah hanya tinggal sentuhan rohani dari Tuhan melalui doa kita, agar mereka bisa berubah.

Yang menarik juga dalam ayat ini, dikatakan bahwa : "satu benih/bijih gandum itu bisa menghasilkan banyak buah".  Ini suatu pernyataan yang familiar tetapi aneh, karena   satu benih bisa menghasilkan banyak buah, wou sulit dipahami.

Mengapa bisa demikian ? karena benih punya kemampuan akan hal itu, atau diberikan Tuhan untuk bisa melakukan seperti itu kalau dia berada dalam tempatnya. Dengan kata lain juga kita  diberikan kemampuan untuk berbuah banyak kalau tahu tempatnya. Kalau benih dalam tanah, berarti kita dalam kehendak Allah. Pada waktu kita terus berada dalam kehendak Allah maka bisa berguna (berbuah banyak) bagi sesama.

Dan hal ini nampak dalam kehidupan seseorang  yang berkarya sebagai dokter di suatu  Puskesmas rawat nginap. Pernah suatu kali stok obat Puskesmas habis, apa yang dilakukannya ?  Ia memanggil dan mengajak semua perawatnya bersama-sama mengeluarkan sedikit uang pribadi untuk membeli sedikit obat agar bisa menolong pasien yang ada, dan saya sangat tahu dia melakukan hal ini karena dia sungguh mengasihi Tuhan. Karena meminta obat pada dinas butuh prosedur dan waktu, padahal ada saatnya kondisi darurat.

Ini hal yang luar biasa dan jarang terjadi diistansi pemerintah. Dokter seperti ini melihat orang lain sangat utama dalam pekerjaannya sehingga bukan hanya mengabdi melalui profesinya, bahkan berani rugi/berkorban, dan mengajak banyak orang untuk terlibat dalam misi bersama.

NTT butuh orang-orang seperti ini, bukan butuh orang yang hanya berguna bagi dirinya tetapi   butuh yang tujuanya hidupnya berguna bagi Tuhan melalui sesama sehingga mau berkorban dan mengajak orang lain untuk melakukan hal yang sama, dan berapa anak Tuhan yang masih dalam kondisi seperti ini ?  Marilah kita berdoa agar banyak anak Tuhan yang sudah bias bisa kembali, dan yang sudah berkarya bagi Tuhan terus berkarya. Tuhan Memberkati Kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun