Jadi jangan menghakimi menggunakan ukuran kita, karena kita tidak tahu kondisi sebenarnya,orang farisi merasa pelacur itu paling berdosa padahal pada saat itu wanita tersebut  yang paling dekat dengan Tuhan.
Inipun juga bisa terjadi dalam kehidupan kita pada waktu kita melihat ada wanita muda hamil diluar pernikahan maka kita menganggap dia adalah wanita tidak bermoral, tetapi bisa jadi kita tidak tahu bahwa dia juga menyesal atas dosanya, dia menangis dan minta pengampunan dari Tuhan, maka pada saat itu dia adalah orang yang paling dekat dengan Tuhan dibanding kita.
Oleh karena itu janganlah menghakimi, apalagi menggunakan ukuran kita, karena kita tidak tahu apa yang sebenarnya.
Memang tanpa sadar, mencari-cari kesalahan itu menyenangkan, bertindak seperti hakim membuat kita merasa paling benar. Tetapi ingat firman Tuhan dalam teks ini katakan  ukuran yang sama, yang di pakai untuk menghakimi juga akan di kenakan pada diri kita.
Seharusnya dengan hal ini membuat kita takut, karena kalau kita suka menghakimi maka suatu saatpun Tuhan akan menghakimi (menghukum kita) dengan ukuran yang sama.
Oleh karena itu janganlah kita mudah mencari kesalahan, dan menghancurkan orang lain karena hal itupun juga akan di kenakan pada diri kita.
Ada seseorang teman yang tidak menyukai teman kerjanya, maka apapun yang di lakukan orang itu tidak ada yang benar, selalu di kritik, di jatuhkan, dan tidak pernah di puji. Nah orang seperti ini nanti pada saat penghakiman Tuhanpun tidak menyukai dirinya, karena dia tidak menyukai orang lain, ukuran yang sama akan di kenakan padanya. Â
Oleh karena itu seharusnya kita gentar karena tugas kita bukan untuk menghakimi tetapi menolong, hanya Allah saja yang berhak menghakimi, kalaupun kita menyatakan dia salah adalah berdasarkan Firman Tuhan tetapi  dengan tujuan bukan untuk merendahkan atau menjatuhkan dia tetapi menolong dia untuk bertobat atau kembali kepada Allah.
Selanjutnya Jangan mengahikimi, bukan berarti kita membiarkan seseorang terus hidup dalam kesalahan /  tidak perlu menegur kesalahan orang lain, tetapi kalaupun kita menegur tujuannya bukan menghakimi dia, membuang dia, bukan menunjukan kita lebih benar  tetapi tujuannya untuk menolong dia agar dia berubah.
Ada seorang senior yang lebih dulu studi di suatu kota sering menasehati bahkan menegur yuniornya agar jangan salah bergaul, belajar baik agar bisa menggapai prestasi yang didambakan orang tuanya.
Tetapi Yunior ini merasa senior  mengekang kebebasannya dia tidak suka, dia menggangap seniornya ini seperti polisi yang selalu membatasi keinginannya.