Pilatus bingung, semua usaha dia untuk menyenangkan orang Yahudi  gagal, bahkan orang Yahudi semakin gigih untuk membunuh Yesus lewat proses penyaliban. Akhirnya Piltaus dengan emosi berkata sekali lagi, aku tidak menemukan kesalahan apapun, ambil dia dan salibkan dia.
Bayangkan 3 kali Pilatus berkata hal yang sama (aku tidak menemukan kesalahan dalam diri orang ini) dan dua kali ia berusaha untuk memuaskan hati orang Yahudi tetapi usaha membebaskan Yesus gagal.
Mengapa gagal ? Karena Pilatus lebih mempertimbangkan perasaan para pengunjuk rasa, kalau mereka tidak menerima keputusanku lalu mereka memberontak maka harus ada energi dan biaya yang di keluarkan untuk memadamkan mereka, belum lagi terdengar oleh kaisar. Pilatus tidak mau seperti itu.
Jadi pembebasan Yesus sebagai orang yang tidak bersalah tidak pernah terjadi karena kepentingan banyak orang lebih penting dari kebenaran satu orang. Jadi misalnya bpk, ibu hidup benar tetapi kalau banyak orang yang tidak menyukai bpk, ibu, maka bpk, ibu yang akan di salahkan. Wah gawat kondisi seperti ini.
Maka pemimpin seperti Pilatus ini, adalah pemimpin yang tidak mau mengambil resiko, tidak mau berkorban demi kebenaran tetapi mengamankan kedudukan untuk dirinya.
Maka kalau bapak, ibu anak-anak Tuhan yang sebagai pemimpin  ambilah keputusan yang benar, yang adil walaupun banyak orang tidak setuju, walaupun ada intimidasi tetapi ambilah keputusan yang benar karena untuk itulah bapak ibu berada yaitu untuk melakukan suatu kebenaran.
Maka kalau ada atasan bapak ibu yang memaksa / mengintimidasi  bapak, ibu untuk membuat laporan yang tidak benar, maka buatlah laporan yang benar dan yang tidak benar, lalu berikanlah kepada dia dan katakan :
Pak minta maaf ini adalah laporan yang bpk minta dan ini adalah laporan yang sebenarnya. Kalau dia tersinggung dan marah dan lalu berteriak mengapa kamu buat seperti ini , kamu menghina aku?
Maka katakan kepadanya pak, minta maaf saya lakukan ini untuk menolong bapak, kalau bapak punya anak buah yang tidak benar maka besok-lusa dia bisa menipu bapak tetapi kalau bapak punya anak buah seperti saya maka saya akan bekerja dengan baik dan selalu menolong bapa agar bapa tidak teritipu.
Bukankah sejahat-jahatnya seorang atasan dia butuh anak buah yang benar agar tidak menipunya.
 Oleh karena itu keberadaan kita adalah untuk melakukan kebenaran sehingga  di intimidasi, tidak di setujui oleh penguasapun tetap melakukan kebenaran, karena kebenaran itu adalah keinginan  Tuhan.Â