Mohon tunggu...
Senny Pellokila
Senny Pellokila Mohon Tunggu... Guru - Kebun binatang safari

Perubahan yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Keberhasilan yang Bukan Pandangan Manusia

13 April 2022   18:05 Diperbarui: 14 April 2022   06:12 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tetapi apa yang terjadi ? Banyak orang yang hidupnya tidak mengerjakan kehendak Tuhan, memuliakan Tuhan. Dia kaya, tetapi hanya untuk dirinya, dia punya harta yang berlimpah termasuk tabungan yang banyak supaya masa tuanya terjamin bukan untuk menolong orang yang kekurangan.

Dia bangun rumah besar untuk menunjukan beta kaya, dihormati, bukan untuk menampung orang lain. Dia menyekolahkan anak-anaknya tinggi-tinggi supaya anak jangan hidup susah nanti, supaya bisa bantu dia pada masa tuanya bukan supaya anaknya bisa menolong banyak orang dengan pendidikan yang tinggi.

Jadi apakah yang kita kejar selama ini ? Berhasil dalam pandangan Tuhan ataukah berhasil dalam pandangan manusia. Maka Kristus anak Allah secara manusia hidupnya tidak berhasil (serigala mempunyai liang, burung mempunyai sangkar tetapi anak manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakan kepalanya), tetapi Ia berhasil dalam pandangan Allah karena hidupnya untuk menolong banyak orang. 

Ternyata  walaupun hamba Tuhan ini berhasil tetapi dalam mencapai keberhasilan itu (di tinggikan, di muliakan) Ia sangat menderita. Dan kalau mau melihat penderitaannya, siapa yang mau seperti ini, walaupun di tinggikan oleh Allah.

Yesaya 52 : 13 mengatakan begitu buruk rupanya, bukan seperti manusia lagi. Jadi bapak-ibu rela muka buruk yang penting di tinggikan oleh Tuhan, siapa yang mau ? jadi bapak muka tampan, cantik, di buat seburuk mungkin yang penting berkenan kepada Tuhan, siapa yang mau ?

Tuhan jauh lebih sadis dari pada itu, karena nubuatan hamba Tuhan yang menderita ini di tujukan kepada Kristus, mengapa Tuhan mukanya  buruk sekali, bukan seperti manusia ?

Karena dalam  prosesi salib, orang yang dihukum harus memikul bagian salib yang horizontal dan  beratnya hampir 50 kilogram, harus berat  karena salib itu menanggung beban manusia, dan tangan kanan dan kirinya harus di ikat terlentang pada kayu /balok horizontal, hal ini untuk mencegah agar mereka tidak memukul prajurit dengan kayu balok itu.

Kalau penjahat itu lebih dari satu maka harus ada ikatan tali pada kaki mereka masing-masing agar mereka tidak melarikan diri dan melawan prajurit. Bpk, ibu bisa membayangkan berarti jalannya harus seirama dan kemungkinan posisi Kristus paling belakang karena Dia mengalami siksaan yang paling berat.

Nah kalau mereka cepat jalan dan tidak seirama dengan Kristus maka kemungkinan Dia akan jatuh dan tidak ada tangan yang bisa menahan mukanya, mukanya langsung berhadapan dengan tanah maka mukanya hancur, berantakan, bisa mati, tengkorak kepalanya bisa retak oleh karena itu dari pada Kristus mati sebelum di salib maka mereka memaksa Simon orang Kirene untuk mengantikanNya.

Jadi hamba Tuhan ini berhasil tetapi mukanya hancur-hancuran penuh dengan darah, siapa yang mau seperti ini, tetapi Kristus mau demi cinta-Nya kepada kita.

Juga di katakan Ia dihina dan di hindari orang, sangat di hina bapak, ibu, siapa yang mau ? walaupun kita miskin tetapi kita tidak ingin di hina. Kalau orang menghina kita, saya yakin walaupun bapak, ibu badanya kecil tetapi siap berkelahi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun