Mohon tunggu...
Senny Pellokila
Senny Pellokila Mohon Tunggu... Guru - Kebun binatang safari

Perubahan yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Cuti Bersama Lebaran Buah Simalakama yang Harus Dimakan

8 April 2022   18:30 Diperbarui: 8 April 2022   18:34 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemerintah telah menetapkan cuti bersama lewat SKB 3 menteri, dan cuti bersama untuk hari raya Idul Fitri yaitu 29 April dan 4-6 Mei 2022. Kalau di tambah dengan jumlah hari libur Idul Fitri maka menjadi 6 hari, lalu kalau di tambah dengan libur hari sabtu dan minggu maka total keseluruhan libur untuk merayakan Idul Fitri menjadi 10 hari. Wao sangat panjang.

Tentu libur yang panjang ini sangat di tunggu oleh banyak orang, karena mereka akan pulang ke daerah untuk merayakan Idul Fitri bersama keluarga, menikmati kebersamaan yang sepuasanya kemudian balik lagi. 

Pemerintah memandang libur yang panjang ini adalah hal yang sangat perlu karena selama 2 tahun  sebelumnya pemerintah melarang adanya mudik lebaran. Karena kalaupun pemerintah tidak menetapkan libur yang panjang, tetap masyarakat akan pulang ke daerah, karena itu adalah suatu tradisi dan waktu yang di butuhkan untuk pulang-pergi merayakan Idul Fitri bisa lebih dari lebih dari 8 hari, maka libur yang panjang ini cara yang tepat untuk menfasilitasi kerinduan mereka.

Tetapi di pihak yang lain dengan adanya libur yang panjang maka  pabrik-pabrik tidak berproduksi secara maksimal karena banyak buruh yang pulang, pelayanan publik di kantor-kantor pemerintahpun akan tertunda selama satu minggu.

Ini buah simalkama yang harus di ambil oleh pemerintah demi menyenangkan masyarakat.

Kalau saya dalam posisi sebagai masyarakat tentu akan senang, karena menjelang lebaran kalau saya masih kerja maka hati saya  gelisah, tidak tentram, kepikiran untuk pulang, tetapi kalau saya sebagai pengusaha / pemilik pabrik maka hati saya juga akan gelisah karena selama seminggu tidak akan produksi secara maksimal lalu bagaimana membayar semua biaya yang ada termasuk upah pegawai dan Tunjangan Hari Raya. Dan tentu semua ini  akan mempenguruhi penurunan pendapatan negara

Buah Simalakama ini tidak bisa di hindarkan oleh pemerintah. Dalam hal hal ini pemerintah bukan tidak mencintai pengusaha tetapi secara prioritas pemerintah harus memprioritaskan yang lebih membutuhkan yaitu masyarakat kecil.

Memang Pengusaha meruapakan asset terbesar untuk menambah pendapatan negara apalagi kalau mereka bangkrut karena cuti lebaran yang panjang maka negara ini semakin mundur, tetapi di pihak yang lain masyarakat kecil itu ujung tombak yang harus di perhatikan, karena pemerintah ada untuk menolong mereka.

Maka kehadiran pemerintah  adalah untuk mengajak orang yang mampu seperti para pengusaha untuk memperhatikan mereka,masyarakat kecil. Oleh karena itu untuk mensiasatinya maka para pengusaha menyisihkan berbagai keuntungan selama ini untuk menolong kondisi perusahaan pada waktu libur panjang seperti ini, dan itu pasti sudah di lakukan para pengusaha.

Tetapi semangatnya bukan hanya menolong perusahaan tapi lebih dari pada itu yaitu mau berkorban, mau memperhatikan buruh, masyarakat kecil, berbuat kebaikan kepada mereka maka pengusaha akan melakukan semuanya itu dengan ikhlas.

Tetapi pemerintah dan masyarakat kecil/buruh jangan kebebalasan membuat libur atau meliburkan diri yang sangat panjang karena akhirnya dirinya akan hancur, perusahaan semakin merosot dan pendapatan negarapun akan berkurang.

Oleh karena itu kesempatan libur ini di manfaatkan semaksmial mungkin tapi jangan mengambil kesempatan kedua karena buah simalakama sudah di makan, dan tidak perlu di makan untuk kedua kalinya.

Akhirnya selamat mempersiapkan libur lebaran bersama keluarga dengan baik, selamat berkorban dan berbuat kebaikan kepada para pengusaha dan marilah kita mau menjadi waga yang mau membangun bangsa, bukan hanya berpikir untuk diri sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun