Mohon tunggu...
Senny Pellokila
Senny Pellokila Mohon Tunggu... Guru - Kebun binatang safari

Perubahan yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bekerja untuk Tuhan atau untuk Diri

20 Maret 2022   18:57 Diperbarui: 20 Maret 2022   18:58 521
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam Injil Lukas 12:13-31 dikatakan ada seorang berkata kepada  Tuhan Yesus; Guru, katakanlah kepada saudaraku supaya ia berbagi warisan dengan aku. Tentu dengan perkataan ini, ia sangat berharap Tuhan Yesus bisa menolong dia.

Tetapi ternyata apa yang dikatakan Tuhan Yesus : Saudara, siapakah yang telah mengangkat Aku menjadi hakim atau pengatara atas kamu.

Jadi Tuhan Yesus menolak permintaannya, lalu yang menambah kekesalan dia, Tuhan Yesus berkata (walaupun bukan kepada dia secara langsung) : Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung pada kekayaan itu. Atau dengan kata lain cukupkanlah dengan harta yang ada padamu, tidak usah tamak, ingin memilki harta yang berlimpah.

Sebenarnya orang ini minta keadilan, ingin saudaranya berbagi warisan dengan dia,  tetapi mungkin yang menjadi motifnya : ingin memiliki harta yang banyak sehingga dirinya akan merasa aman, seperti yang digambarkan Kristus dalam perumpamaan-Nya.

Padahal sebenarnya pada waktu kita ingin mencari harta yang banyak diri kita tidak akan aman, karena kita pasti akan terus bekerja, terus bekerja, terus mencari sampai tidak ada batasnya.

Mengapa orang korupsi, tidak selamanya dia miskin tapi karena tidak pernah puas, orang korupsi Miliyaran sudah dimulai dari belasan juta, puluhan juta, ratusan juta sampai miliyard kalau tidak tertangkap pasti dia akan terus korupsi padahal sudah sangat kaya, tetapi tidak akan pernah puas, terus mencari. Jadi kalau hanya mencari harta diri tidak akan aman, karena diri tidak pernah puas.

Makanya orang yang dalam perumpamaan ini bukalah orang yang miskin, tapi dikatakan ada  seorang kaya, tanahnya berlimpah, ia kaya tapi tidak pernah puas makanya ia merombak lumbung-lumbungnya dan membuat lebih besar lagi untuk bisa menampung hartanya.

Maka dia akan stress sendiri karena tidak pernah puas. Sebuah peribahasa mengatakan : uang itu seperti air laut, makin di minum, makin haus orang. Oleh karena itu Tuhan bekata berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, karena ketamakan tidak pernah memberikan kepuasan.

Saya ingat teman saya, hanya gara-gara penghasilan maka setiap tahun ia bisa pindah sampai 2 kali pekerjaan hanya untuk mendapatkan penghasilan yang tinggi, dari satu LSM ke LSM yang lain, padahal ia belum berbuat banyak tetapi sudah pindah pekerjaan hanya gara-gara penghasilan / kekayaan.  Jadi tidak akan puas karena penghasilan/kekayaan.

Juga dikatakan sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung pada kekayaan itu. Mengapa hidup tidak boleh bergantung pada kekayaan yang dimiliki. Karena hidup itu milik Tuhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun