Kita tahu tujuan kedatangan Yesus ke dunia pertama kali adalah untuk menebus dosa manusia melalui kematian-Nya, maka dari awal pelayanan Tuhan Yesus selalu menekankan akan hal ini, misalnya dalam Yoh 2:19 dan Yoh 12 : 24 Yesus mengatakan bahwa Ia seperti Bait Allah atau biji gandum yang akan dihancurkan atau mati, dan mendekati akhir dari pada hidupNya, Ia menekankan sekali lagi akan hal ini.Â
Ini adalah hal yang sangat baik untuk mempersiapkan murid-muridNya bahwa Ia akan mati, dan salah seorang murid memberikan respon yang sangat baik sekali. Petrus berkata kepada Yesus : "Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau." Â Wah ini suatu pernyataan yang sangat baik bagaimana menujukkan Petrus sebagai murid yang sangat mencintai akan guruNya.
Tetapi ternyata Tuhan Yesus memberi jawaban yang berbeda. Ia katakan pada Petrus : Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia." Wah berarti perkataan Petrus bukan mempunyai maksud yang baik, makanya Tuhan katakan iblis kepada dia.
Kalau Tuhan berkata ibilis kepada Petrus, berarti pemikiran dia seperti pemikiran iblis, dia tidak berpikir seperti apa yang Allah mau. Bukankah iblis tidak ingin Yesus mati, dan Petruspun punya pemikiran yang sama. Petrus hanya berpikir untuk kepentingan diri sendiri makanya Tuhan Yesus katakan bahwa engkau memikirkan apa yang dipikirkan manusia bukan yang dipikirkan Allah.
Sepertinya Petrus punya pemikiran yang menarik buat dirinya. Kalau Yesus tidak mati, dan Ia menjadi tokoh revolusioner yang membebaskan Israel maka aku akan mendapat bagian disamping kiri atau kanan dari Tuhan Yesus. Wah menyenangkan sekali. Tetapi ingat pemikiran hanya untuk keuntungan diri sendiri itu sama dengan pemikiran iblis maka seharusnya kita berpikir seperti apa yang Allah mau bukan yang kita mau.
Banyak orang jatuh dalam hal ini, pada waktu ia ingin menikah hanya berpikir untuk keuntungan dirinya, bagaimanan penampilan fisik yang bagus sehingga ada kebanggan secara pribadi, adanya pekerjaan yang memedai sehingga kehidupan ekonomi tercukupi bahkan melimpah. Mereka tidak berpikir seperti apa yang Allah mau bahwa dalam kehidupan keluarga seharusnya ada saling tolong-menolong antara pasangan untuk dekat dengan Tuhan dan hidup memuliakan Tuhan, sehingga pertanyaannya : apakah pasanganku orang yang sepadan untuk menolong saya dekat dengan Tuhan ? Tetapi mereka tidak mau mengutamakan hal itu.
Orang-orang seperti ini selalu berpikir untuk keuntungan dirinya, tidak berpikir seperti apa yang Allah mau. Kalau dia berburu jabatan atau tambahan uang hanya untuk kebanggan dirinya dan kemamkmuran keluarganya, bukan dengan jabatan yang tinggi untuk bisa melayani Allah yang lebih luas, atau uang yang banyak untuk bisa menolong orang lain. Mereka tidak mau berpikir seperti itu.
Maka inilah cara-cara iblis untuk menjauhkan seseorang dari Tuhan, karena mereka sudah punya pemikiran seperti iblis bukan lagi seperti apa yang Allah mau.
Dalam hal ini juga, dari sisi luar kita melihat Petrus itu melayani Tuhan, ia sangat mengasihi Tuhan dengan pernyataan itu, tetapi ternyata hati dia tidak lagi melekat pada Tuhan tetapi kepada keinginan dari iblis, dan inipun bisa terjadi dalam diri kita. Apakah  saat ini kita masih melayani dan mengasihi Tuhan seperti pemikiran-pemikiran yang diinginkan Tuhan atau sudah kita sudah melakukan segala sesuatu hanya untuk keuntungan diri sendiri, walaupun yang kelihatan kata-kata dan tindakan rohani tetapi bisa jadi bukan berdasarkan apa yang Allah inginkan.
Oleh karena itu terus bergaul dengan Firman-Nya sehingga hati kita terus berpaut kepadaNya sehingga pemikiran dan sikap kita seperti pemikiran dan sikap dari pada Allah, dan semoga kita bisa. Tuhan terus memberkati kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H