Mohon tunggu...
Senna Malinda
Senna Malinda Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pribadi

Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia - Bahasa dan Sastra Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tradisi Penulisan dan Penyalinan Teks Naskah Kuno sebagai Upaya Pelestarian Naskah

24 Desember 2021   11:39 Diperbarui: 24 Desember 2021   17:05 1956
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Tekstologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang teks. Kajian mengenai tekstologi bukan hanya mempelajari tentang teks saja, lebih luasnya tekstologi juga mempelajari tentang seluk beluk bahasa meliputi sejarah teks dalam sebuah karya sastra. Menurut Halliday dan Hasan (1976), teks adalah satuan bahasa dalam penggunaannya, teks bukan satuan gramatikal, teks adalah satuan semantik dalam suatu konteks situasi, dan teks tidak ditentukan oleh panjangnya. aspek kajian tekstologi, menitikberatkan pada analisis aspek penciptaan, penulisan, penyalinan, pemulihan, kekerabatan, penyajian edisi, penyajian terjemahan, struktur teks, dan kandungan isi. Tekstologi berkembang pada era sastra kontemporer. Menurut Luxemburg dkk, tekstologi memiliki kaitan yang erat dengan penelitian sastra klasik di Barat yang diperkenalkan oleh Tomasevsky.

Menurut Baried dalam Venny Indira Ekowati (2003), naskah adalah tulisan tangan yang menyimpan berbagai ungkapan pikiran dan perasaan sebagai hasil budaya di masa lampau. Sementara, naskah kuno adalah tradisi yang hidup di tengah masyarakat yang merefleksikan kemanjuan peradaban pemiliknya. Naskah kuno biasanya berisi tentang ketuhanan, ajaran budi pekerti, cerita rakyat, sejarah, jimat, syair, adat, pengobatan tradisional, hikayat, dan sebagainya. Dibandingkan benda cagar budaya lainnya, naskah kuno lebih rentan mengalami kerusakan, banyak penyebabnya seperti kelembapan udara dan air (high humidity and waer), binatang pengerat (harmful insect, rats, and rodents), bencana alam, kebakaran, serta aktivitas jual beli naskah ke mancanegara yang masih kerap terjadi.

Naskah kuno merupakan sumber pengentahuan yang paling sesuai tentang jati diri manusia dan latar belakang budaya yang dimiliki oleh pendahulunya, maka dengan itu usaha menjaga, mengkaji, dan melestarikannya merupakan hal yang sangat penting. Pelestarian naskah kuno merupakan hal yang penting bagi informasi ilmuwan, archivist, curators, scholars, pustakawan, dan juga untuk institusi tertentu. Pelestarian naskah merupakan masalah serius bagi para penjaga di seluruh dunia. Pelestarian naskah kuno adalah metode yang ampuh untuk melestarikan warisan sastra, linguistik, budaya dan artistik. Kegiatan pelestarian merupakan usaha dalam menyelamatkan harta budaya yang dapat dilakukan.

Penulisan/penyalinan teks merupakan upaya penurunan yang dilewati suatu teks sehingga jarang ada teks dalam bentuk aslinya atau bentuk sempurnanya sekaligus jelas dan tersedia. Baried (1985: 59) menyebutkan beberapa tujuan penyalinan teks, yaitu (1) ingin memiliki naskah, (2) naskah asli rusak, (3) khawatir terjadi sesuatu pada naskah asli, (4) tujuan magis, dan (5) naskah dianggap penting. Penyalinan teks dengan frekuensi yang tinggi, tentunya mengakibatkan berbagai perubahan dan kesalahan yang disebabkan oleh penyalin yang kurang paham naskah yang disalin, tulisan yang tidak jelas bahkan tidak terbaca, salah baca, tujuan magis, dan ketidaktelitian.

Dalam penyalinan teks, tidak luput dari ketidaktelitian dalam menyalin teks naskah seperti beberapa huruf hilang (haplografi), satu bagian kata, kalimat terlampaui atau ditulis dua kali (ditografi), penyalinan maju dari perkataan ke perkataan yang sama (saut du meme an meme), rusak bacaan (korupsi), dan pergeseran, tertukar, serta terbalik. Selain itu, perubahan juga dapat disebabkan oleh kesengajaan dari penyalin dari masa penerimaan teks naskah berikutnya. Maka dari itu, hadirnya varian dan versi teks naskah.

Pelestarian bahan pustaka memiliki tujuan sebagai upaya melestarikan hasil budaya cipta manusia, baik yang berupa informasi fisik dari bahan pustaka tersebut (Martoatmodjo, 2009: 12). Istilah-istilah baku yang biasa digunakan dalam usaha perawatan bahan pustaka seperti pelestarian (preservasi), pengawetan (konservasi), dan perbaikan (restorasi) (Almah, 2012: 163).

Naskah kuno tidak akan mampu bertahan lama jika tidak ditangani dengan baik. Naskah kuno rentan mengalami kerusakan karena dipengaruhi usia dari naskah kuno yang cukup lama. Banyak upaya yang dapat dilakukan sebagai upaya untuk mempertahankan fisik dari naskah, salah satunya dengan laminasi. Laminasi dilakukan dengan melapisi naskah kuno, arsip, bahan pustaka dengan kertas khusus, tujuannya untuk mempertahankan dari fisik naskah itu sendiri. Laminasi yang terjadi pada bahan pustaka seperti buku, arsip, maupun naskah kuno melewati proses yang sama. Hanya saja, hal yang membedakannya yaitu tergantung dari kerusakan bahan pustaka seperti naskah kuno, arsip, maupun buku. Tidak hanya tahap laminasi saja, upaya yang dapat dilakukan dalam menjaga naskah yaitu dengan melakukan perawatan berkala yang dilakukan sebanyak 2 kali dalam setahun sesuai dengan kebutuhan.

Dalam melakukan proses pelestarian naskah kuno maupun arsip dibutuhkan sarana dan prasarana yang memadai untuk mendukung kelancaran proses pelestarian. Demi mempertahankan naskah asli dari sebuah bahan pustaka maupun arsip, upaya pelestariannya lebih baik dilakukan secara manual. Dalam upaya pelestarian, tentunya mengalami kendala yang dihadapi seperti kurangnya biaya dan sarana serta prasarana yang masih kurang memadai.

Salah satu contoh penyalinan teks naskah dilakukan oleh penulis, yaitu penyalinan teks naskah Wawacan Piwulang Istri Basa Sunda. Naskah ini disalin kembali dalam penulisan yang disesuaikan dengan ejaan yang sesuai dengan PUEBI, karena pada wawacan tersebut digunakan ejaan oleh Van Ofuysen. Penyalinan teks ini, dilakukan agar teks naskah dapat mudah dipahami dan dibaca oleh khalayak umum. Selain itu, penyalinan teks ini juga diharapkan teks naskah Wawacan Piwulang Istri Basa Sunda ini dapat dibaca oleh orang banyak. Teks ini berisi 99 bait, yang isinya mengandung tentang nasihat-nasihat yang ditujukan kepada anak perempuan sebelum menempuh kehidupan rumah tangga, bagaimana menjalani kehidupan sebagai seorang istri yang baik, bagi suami maupun mertua.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun