Kerja keras adalah kunci untuk mendapatkan segala hal yang kamu cita-citakan. Tidak ada hasil baik yang datang dengan sendirinya atau secara instan, tanpa kerja keras dan ketekunan."
Kalimat di atas agaknya sudah mulai dilupakan orang atau memang tak lagi dianggap oleh sebagian kaum milenial. "Sekarang saatnya kerja cerdas" begitu kata mereka. Maka pekerjaan seperti berkebun, berdagang di pasar, petani, guru, dll dianggap pekerjaan kuno yang lambat dalam menuai kekayaan.
Mulailah kaum yang bergengsi ini masuk ke pasar modal: main saham, reksadana, obligasi, dll termasuk juga ke bidang-bidang yang menyerempet "judi" seperti bermain indeks saham, forex dan emas serta perdagangan berjangka lainnya. Bisa kaya dalam sekejap, itulah tujuannya.
Di bidang bisnis bermunculan aneka MLM (multi level marketing) dengan berbagai produk atau tanpa produk sekalipun yang menjanjikan kekayaan dengan cepat apabila sampai pada level-level tertentu. Dengan berkembangnya aplikasi di android dan appstore, maka berkembang pula pola iming-iming mencari duit dengan mudah. Salah satunya adalah dengan menonton iklan dibayar dolar yang dikembangkan oleh PT. Future View Tech Indonesia.
Saya salah satu orang yang sangat tertarik dengan apa yang ditawarkan PT. Future View Tech (VTube), nonton iklan dapat duit. Tapi, apakah benar segampang itu? Modal klik iklan, dapat koin, ditukar jadi rupiah bahkan perbulannya kita bisa dapat uang 4 jutaan bahkan lebih. Selama kurang lebih 1 bulan saya ikuti dan pelajari ternyata enggak juga tuh.
Bisnis iklan apakah seperti itu?
Skema bisnis iklan VTube menurut perspektif saya agak sulit masuk di nalar pikiran.
Satu contoh, si A adalah seorang pengiklan dengan menawarkan produk tertentu di VTube dengan harga pertonton iklan misal Rp 100 ribu, lalu VTube sendiri menyuruh jutaan orang untuk nonton iklan si A. Dapat dipastikan di A rugi besar.
Contoh ekstrimnya, sama dengan orang pasang iklan apartemen mewah. Setiap kali orang klik dan tonton iklan, pengiklan wajib bayar. Tapi bagaimana yang klik itu hanya anak-anak kecil yang disuruh klik dan nonton. Ada jutaan kali anak-anak nonton. Yang pasang iklan harus bayar jutaan rupiah tetapi tak ada yang beli, ini cukup tak masuk di akal.
Tapi ternyata VTube melakukan kebohongan dengan memuat iklan KFC, padahal pihak KFC sendiri mengaku tidak pernah memasang iklan di VTube. https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-5349315/iklannya-pernah-tayang-di-vtube-kfc-bantah-mentah-mentah
Rupanya itu dilakukan supaya masyarakat percaya bahwa VTube adalah perusahaan besar yang memang bergerak di bidang periklanan dan mau berbagi penghasilannya dengan para penontonnya dalam bentuk VTube Poin (VP). Penonton yang telah mengumpulkan sejumlah VP bisa menjual VP nya ke Perusahaan untuk ditawarkan lagi kepada pengguna lain yang ingin naik level tertentu.
Dari sini saja kita sudah bisa menduga arah permainan VTube seperti apa. Apalagi dengan keluarnya Daftar Investasi Ilegal yang dikeluarkan oleh Satgas Waspada Investasi (SWI) OJK pada bulan Juni 2020. Dengan masuk dalam daftar investasi ilegal bukan berarti badan hukum PT. Future View Tech ikut ditutup. Tetapi OJK menghimbau masyarakat untuk waspada. Meskipun belum ada laporan kerugian ke pihak penegak hukum, himbauan SWI ini bisa dijadikan tameng oleh OJK jika suatu saat ada pihak yang dirugikan oleh VTube dan mengadukan ke OJK, "kami telah memperingatkan masyarakat".
Yang jadi persoalan sekarang adalah justru para VTubers (sebutan para member VTube) yang semakin sengit dan membara untuk terus adu kuat di media sosial. Dengan semangat pantang menyerah mereka terus mengiklankan seolah VTube tidak ilegal, OJK tidak perlu didengar, VTube sedang mengurus perizinan, dll. Bahkan yang ekstrim adalah menuduh pihak-pihak lain sebagai orang-orang iri yang menghambat kesuksesan mereka. Sekarang media sosial terbelah antara VTubers dengan orang-orang yang mengungkapkan fakta soal pengumuman SWI.
Pemerintah dalam hal ini Kominfo cenderung diam dan tidak berkomentar. Dalam laman instagramnya seolah kominfo masih menunggu babak selanjutnya dari VTube. Di kalangan masyarakat bahkan ada yang saling menggunjing dan bernazar, "jika dalam 2 tahun VTube tidak ditutup, yang bersangkutan rela berjalan kaki puluhan kilometer lintas kota". Hadeuh
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H