Mohon tunggu...
Senja Wijaya
Senja Wijaya Mohon Tunggu... -

segala perkara dapat kutangguhkan didalam Dia yg memberi kekuatan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Aku Bisa Jadi Obat Kantuk

16 November 2014   02:16 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:43 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

tadi,siang, panas di kampung kami cukup menyengat setelah beberapa tahun belakangan ini. padahal dulu tak begitu, sejak hutan-hutan disekitar kampung kami diganti dengan danau-danau bekas para wiraswasta mencari kepngan-kepingan kogam berwarna kuning.emas. sejak hutan-hutan tropis dikampung kami diganti dengan pohon-pohon yang tak bercabang yang mempunyai buah diatas ketiak pelepahnya, ya sawit. yang mengancam kami generasi muda yang tak tau lagi bagai mana membuat kue yg dicetak didalam bambu.

dengan sisa-sisa tenaga aku berangkat menuju sebuah sekolah negri diujung perbatasan kecamatan. kumasuki kelas yg beberapa menit lalu telah berbunyi bel otomatisnya. tampak lesu wajah para siswa. bukan karena panas atau mereka sudah lapar tapi karena melihat wajahku. di atas kepala mereka tampak gelembung-sepeerti didifilm kartun yg sedang berpikir. dalam gelembung-gelembung diatas kepala mereka tersebut bukan icon lapu pijar yg bersinar tetapi bantal, iya bantal. yang terlintas dibenak mereka ketiak melihat wajahku adalah bantal yang empuk, yang membuai untuk berlabuh kedermaga mimpi.

aku sadari itu.  kurang dari setahun aku menjadi guru dan guru baru disekolah ini, pengalaman masih sangat kurang. apalagi waktu kuliah disuapi KTSP sekarang dicekoki KURTILAS yang kelihatannya terburu-buru terbit seperti orang mau buang air besar. SILABUSnya kususnya agama katolik speerti tidak berpijak dibumi, buku gurunya dalam rupa softfile. ada yang salah judul lagi. ini sebenarnya dosa siapa...?

setengah dari jam pelajar dimulai sekitar lima orang siswa mulai memerah matanya persis manusia harimau di MNCTV kegemaran bapak dan mamaku, aku jadi ikut-ikutan. dua orang lagi ijin ke WC seolah olah aku ini pingwin yg selalu memberi merka air, padahal aku hanya bersuara. yang ku berikan kepada mereka bunyi-bunyian dari pita suaraku yang sedikit mirip afgan ini ditambah beberapa hujan lokal sih, tapi mengapa mereka sampai terkencing-kencing ya...? beberapa siswa lagi sedang menopang kepala mereka persis menara miring dan beberapa orang lagi mencoret - coret  bukunya dengan mantra tertentu  untuk menjaga diri mereka dari virus obat kantuk yang kuterbarkan.

sejenak kuterdiam, yakinkah aku dengan pekerjaanku saat ini, tidak maksimal, setengah hati. mereka menjadi korban dan ini akan terukir dalam sejarah mereka dan aku turut serta mengukirnya, ukiran yang jelek. pasti. dalam hati kubangun tekat untuk merubah atau mencari metode belajar. mencoba mengawinkan KTSP dan KURTILAS entah nanti akan menghasilkan anak seperti apa?munkin kuntilanak, hehe...jika ada pengawas kuberikan KURTILAS, kata Yesuskan berikanlah apa yang menjadi hak kaisar. biarlah Tuhan yang mencukupi karyaku.

diakhir pelajaran, kutitipi mereka kata-kata;"jika kalian atau keluarga kalian yang menderita insomia, datang saja pada, bapak ya....! selamat siang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun