Bojonegoro - Kekalahan Persibo Bojonegoro di dua laga putaran kedua Liga Pegadaian 2024-2025 telah memicu badai spekulasi di kalangan pecinta bola Bojonegoro.
Laskar Angling Dharma, yang masih kokoh di puncak klasemen sementara dengan 17 poin, kini dihantui narasi keretakan internal setelah dua kekalahan beruntun. Apakah ini sekadar turbulensi sementara, atau justru tanda awal kehancuran?
Kekalahan dan Mundurnya Sang Pelatih
Laga melawan Gresik United pada Jumat, 15 November, menjadi titik awal drama. Kekalahan 1-0 di menit akhir membuat coach Regi Aditya---yang sebelumnya sukses membawa PS Biak promosi ke Liga 1---mengumumkan pengunduran dirinya secara mendadak. Keputusan ini meninggalkan tanda tanya besar. Tidak ada pernyataan resmi yang menjelaskan alasan pasti, membuka ruang bagi opini liar di kalangan pendukung.
Kekalahan di laga kandang berikutnya melawan Persipura Jayapura pada Minggu, 1 Desember, semakin memperburuk situasi. Meski sempat memberikan perlawanan sengit, Persibo harus mengakui keunggulan tim tamu dengan skor tipis 2-3. Hasil ini menyulut emosi suporter dan memperbesar keraguan terhadap keseriusan manajemen Persibo.
Spekulasi Politik di Balik Kekalahan
Di tengah badai kritik, muncul spekulasi liar yang menghubungkan keterpurukan Persibo dengan dinamika politik lokal.
Sebagian masyarakat mengaitkan penurunan performa tim dengan hasil Pilkada, di mana figur yang sebelumnya disebut-sebut mendukung Persibo---Nurul Azizah---diklaim telah mengalihkan fokus setelah berhasil menggandeng Wahono dan meraih kemenangan politik.
Rumor ini menimbulkan kecurigaan bahwa perhatian pada Persibo hanya "dimanfaatkan" untuk mendulang simpati publik saat masa kampanye.
Namun, apakah tuduhan ini berdasar? Dalam dunia sepak bola, kekalahan adalah hal yang wajar, terlebih bagi tim yang tengah mengalami transisi pelatih seperti Persibo. Pelatih baru, Kahudi, membutuhkan waktu untuk menyelaraskan strategi dan membangun kepercayaan pemain.
Harapan untuk Kebangkitan
Meski begitu, kritik suporter tidak sepenuhnya tanpa alasan. Cinta mereka pada Persibo adalah alasan utama kekecewaan yang meluap. Sebagai pemuncak klasemen dengan 17 poin, Persibo masih memiliki peluang besar untuk lolos ke putaran nasional dan merebut tiket promosi ke Liga 1.
Namun, untuk menjaga asa ini, manajemen harus segera berbenah dan kembali pada komitmen awal.
Pertandingan berikutnya akan menjadi ujian krusial. Kehadiran suporter di stadion bukan hanya sebagai saksi, tetapi juga motor semangat tim. Namun, jika kekecewaan suporter berujung pada aksi protes seperti mengosongkan tribun, dampaknya bisa lebih buruk bagi mental tim.
Catatan Akhir: Jangan Biarkan Cinta Berujung Petaka
Persibo Bojonegoro adalah kebanggaan Bojonegoro.
Kekalahan adalah bagian dari perjalanan, tetapi menyerah bukanlah pilihan. Baik manajemen, pemain, maupun suporter, semuanya memiliki tanggung jawab untuk menjaga nyala api semangat Laskar Angling Dharma tetap hidup.
Semoga badai spekulasi ini berlalu, dan Persibo kembali menemukan jalur kemenangan.
Liga masih panjang, dan harapan untuk promosi tetap nyata. Kini saatnya semua pihak bersatu, melupakan perbedaan, dan mengawal Persibo menuju masa depan yang gemilang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H