Bojonegoro – Pilkada serentak 27 November 2024 meninggalkan cerita kelam bagi masyarakat Bojonegoro.
Kemenangan pasangan Setyo Wahono-Nurul Azizah dengan perolehan suara mencapai 87% dalam hitung cepat, mengalahkan pasangan Teguh Haryono-Farida Hidayati, menjadi sorotan publik.
Tidak hanya soal hasil, proses politik yang terjadi dipenuhi isu money politic hingga meredupnya semangat demokrasi.
Strategi Kampanye yang Kontras
Kegagalan petahana Anna Mu’awanah maju kembali membuka jalan bagi Setyo Wahono, yang berhasil menggandeng Nurul Azizah dan mengantongi dukungan 14 partai besar di Bojonegoro.
Dukungan ini menjadi fondasi bagi kampanye besar-besaran mereka. Dengan strategi "blusukan" ke pasar hingga menggelar acara akbar yang mendatangkan artis terkenal seperti Denny Caknan, pasangan ini berhasil mencuri perhatian.
Sebaliknya, kampanye pasangan Teguh-Farida dinilai kurang greget. Mereka hanya mampu menggelar acara sederhana seperti istighosah dengan kehadiran Band Letto, serta dangdutan yang dilaksanakan di kampung halaman Teguh di Desa Nglumber, yang sayangnya sepi peminat.
Ketidakmampuan pasangan ini memenuhi ekspektasi massa dianggap menjadi salah satu penyebab utama kekalahan mereka.
Money Politic: Rahasia di Balik Kemenangan?
Namun, yang paling mencolok adalah serangan fajar dan pembagian sembako menjelang hari pencoblosan. Pasangan Wahono-Nurul dikabarkan membagikan sembako berupa 3 kg beras, 1 liter minyak goreng, dan gula kepada hampir 70% masyarakat Bojonegoro.
Tak berhenti di situ, amplop berisi uang Rp50.000 juga dibagikan di seluruh desa di 28 kecamatan, dengan total anggaran mencapai ratusan miliar lebih.