Akan tetapi, penggunaan gadget secara terus menerus akan memberikan dampak negatif dalam pola perilaku anak-anak sehari-hari. Hal ini bisa dilihat saat anak sudah mulai ketergantungan dan menjadi sebuah agenda wajib untuk menghabiskan waktu dengan gadgetnya.
Pernah lihat kan, seorang kakek dan/atau nenek, orang asing, atau orang tua dari seorang anak memberikan gadget pada anaknya, dengan alasan sang anak jadi lebih anteng ketika menghabiskan waktu dengan gadget? Atau, alasannya karena tontonan anak-anak yang 'mengedukasi' mereka jauh lebih efektif dalam menenangkan anak tersebut?
Daya kembang otak pada usia anak-anak begitu pesat. Antusias mereka dalam berbagai rangsangan, rasa ingin tahu yang juga tinggi, dan kesukaannya meniru hal-hal yang mereka lihat, menjadi sasaran empuk bagi informasi berbahaya yang mereka tonton melalui gadget.
Golden Age Anak-Anak yang Tidak Akan Terulang
Perlu diketahui, anak-anak berusia 1-5 tahun justru termasuk usia paling sensitif dan tergolong dalam golden age, dimana dalam otak mereka memiliki banyak neuron, bahkan seorang bayi saja memiliki sekitar 100 milyar neuron yang siap melakukan sambungan antar sel. Sayang sekali, dimana saat itu seharusnya anak-anak latihan sensorik dengan lebih banyak menghabiskan waktu di alam, seperti memahami struktur pasir, tanaman, mendengar suara, berinteraksi dengan orang-orang dan mainan edukatif di luar yang ada di gadget. Jika sambungan ini lemah, maka terjadi penyusutan hingga musnah, yang memengaruhi kecerdasan seorang anak, yang juga memengaruhi psikologi mereka.
Penjelasan pada golden age yaitu anak-anak yang berusia 0-1 tahun, harus diajarkan kepercayaan dasar (basic trust), masuk usia kedua mempelajari penemuan identitas dirinya (seperti jenis kelamin). Lalu, anak-anak usia 2-3 tahun belajar koordinasi dan visiomotorik, misalnya mencontoh sebuah gambar atau benda yang ia lihat. Kemudian, mereka diajarkan bagaimana caranya memindahkan benda atau objek yang mereka lihat untuk membentuk pola tertentu, atau memindahkannya mengikuti pola dari objek tersebut.
Masuk usia 3 tahun, pola lokomotoriknya sudah terbiasa. Usia 3-5 tahun mereka muai berusaha mencapai kemandirian dan kemampuan sosialisasi mereka mampu menerima keterampilan dasar dalam berpikir.
Masa-masa rentang usia ini lah kunci dimana perkembangan motorik, intelektual, emosional, bahasa, sosial dan fisik berlangsung dengan cepat, yang menjelaskan tingginya rasa ingin tahu anak-anak dan berefek pada sifat konsumtif mereka.
Contoh sederhananya saja kasus anak-anak yang menirukan skibidi toilet. Apakah anak yang menghabiskan waktu tentang perbedaan daun dan ranting tahu dengan tren tersebut? Tidak, justru anak-anak yang menghabiskan waktunya dengan gadget-lah yang tahu hal itu, jauh lebih cepat daripada orang dewasa.
Kenapa? Karena rasa ingin tahunya tersebut. Ia akan menelusuri dan berselancar di internet, menyerap informasi secara mentah-mentah karena mereka masih labil dan belum tahu benar dan salah, dan akhirnya mengikuti tren tersebut.
Anak-anak itu kemudian tumbuh, dan menganggap bahwa informasi dari gadget itu bisa mereka manfaatkan, bahkan sampai ke hal yang sangat jauh dari apa yang kita bayangkan.
Lihat saja berita anak-anak yang berani membentak gurunya, anak-anak SD yang berani membully teman sekelasnya, berbuat mesum, hingga menjadi tokoh penyebar hoax dan hate comment di internet. Siapa yang sangka bahwa anak-anak mampu melakukan hal tersebut?