Mari kita bahas ancaman secara umum dari perkembangan teknologi AI terlebih dahulu. Para ahli menciptakan AI awalnya memang untuk memberikan efektivitas kerja dan memudahkan manusia dalam berbagai urusan.Â
Tetapi, para ahli juga mengkhawatirkan teknologi ini dapat mengimbangi, bahkan melampaui kecerdasan dan kemampuan manusia dalam mengambil sebuah pekerjaan, seperti pengambilan keputusan yang kompleks, analisis dan pengenalan pola yang canggih, pengenalan suara, ketajaman visual, dan penerjemahan bahasa.Â
Dari hal-hal yang dijabarkan tersebut, mengingatkan kita dengan ChatGPT, Photoshop dengan kemampuan AI, dsb. yang tergolong dengan Aritifical General Intelligence.
Kecerdasan yang sudah hidup berdampingan dengan masyarakat ini bisa juga ditemukan di kendaraan (Google Maps contoh sederhananya), bidang pertanian (penebaran benih secara otomatis, atau pemberian pakan ikan menggunakan mesin otomatis di tambak dan kolam).
Hingga, bidang bisnis yang akan meningkatkan efektivitas uang, waktu, dan manusia itu sendiri, yang meningkatkan kesejahteraan para pekerja yang mendapatkan waktu kerja yang optimal dan sejenisnya.
Kecerdasan buatan ini juga diciptakan dalam memudahkan para dokter menganalisis dan mendiagnosis penyakit para pasien dengan sangat efektif dan efisien, membantu para manula yaitu dengan diciptakannya robot yang memenuhi kebutuhan mereka yang telah hidup sendiri di rumah, hingga meningkatkan kemajuan sistem pendidikan secara formal dan informal, yang tergolong dalam Artificial Super Intelligence.Â
Melihat berbagai hal positif yang ditujukan dari terciptanya AI memang memberikan gambaran bagaimana majunya zaman jika kita mampu hidup berdampingan dengan mereka, bukan?
Akan tetapi, seperti yang sudah dijelaskan di atas, tidak semua hal positif yang diciptakan, akan memiliki hasil yang positif juga.Â
Bukan salah dari teknologi itu sendiri, namun kesalahan itu berasal dari siapa yang memegang teknologi tersebut, terlepas dari apakah dia hanyalah pengguna pasif, maupun orang yang sekaligus mengembangkan teknologi itu sendiri.
Kasus yang Memanfaatkan AI
Layaknya pisau, mungkin lebih baik kita analogikan dengan pedang saja, yang bermata dua, kemajuan dari kecerdasan manusia ini mampu dimanfaatkan dengan sangat baik dengan jangkauan yang luas.
Sekaligus mampu merugikan diri kita sendiri dengan sangat dalam, layaknya pedang, menyadarkan kita bahwa kita harus semakin berhati-hati, agar ancaman ini tidak menyerang kita, atau justru mengendalikan kita sebagai pelaku.