Mohon tunggu...
Seni Fidiawati
Seni Fidiawati Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Seorang mahasiswi sejarah yang sangat menyukai tentang gepgrafis, geopolitik benua-benua di seluruh dunia

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Dampak Repelita I- III Rencana Pembangunan Lima Tahunan Pada Masa Orde Baru

24 April 2022   08:12 Diperbarui: 27 April 2022   09:32 14823
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

DAMPAK REPELITA I-III RENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN MASA ORDE BARU

Pelita I dan pelaksanaannya (1969-1974).

Pelita I dicanangkan pada tahun 1969, tepatnya pada tanggal 1 April. Pelita I bertujuan untuk meningkatkan taraf  hidup rakyat dan sekaligus meletakkan dasar-dasar bagi pembangunan dalam tahap-tahap berikutnya, sedangkan sasaran yang hendak dicapai ialah pangan, sandang, perbaikan prasarana, perumahan rakyat, perluasan lapangan kerja, dan kesejahteraan rohani. Berikut adalah kutipan kalimat yang terdapat dalam buku Pedomen Repelita:

“Peningkatan produksi pangan bertujuan agar Indonesia dalam waktu lima tahun jang akan datang tidak usah mengimpor beras lagi. Tudjuan lain ialah memperbaiki mutu gizi pola konsumsi manusia Indonesia melalui peningkatan produksi pangan jang mengandung chewani dan nabati, terutama ikan dan katjang-katjangan. Akibat positif dari peningkatan produsi beras ialah bahwa lambat laun tidak perlu lagi mengimpor pangan, sehingga dengan demikian, devisa jang langka itu dapat digunakan untuk mengimpor barang modal dan bahan baku jang diperlukan untuk pembangunan sektor-sektor lain, terutama sektor industri. Selanjutnja, peningkatan produksi pangan akan meningkatkan taraf penghidupan para petani jang telah sekian lamanya hidup dalam serba kesengsaraan dan kemiskinan.”

Pelita II dan pelaksanaannya (1974 - 1979).

Setelah keberhasilan dari hasil pada Repelita I, pembangunan lantas dilanjutkan kembali yakni dengan program Repelita II. Adanya Repelita II yang dilangsungkan pada 1 April 1974 ini menandai kelanjutan pembangunan dari Repelita I dengan sasaran utama yaitu:

  • Tersedianya pangan dan sandang yang serba cukup dengan mutu yang lebih baik.
  • Tersediannya bahan-bahan perumahan dan fasilitas-fasilitas lain yang diperlukan, terutama untuk kepentingan rakyat banyak.
  • Keadaan prasarana yang semakin meluas dan sempurna.
  • Kesejahteran rakyat dan meluasnya kesempatan kerja.

Pelita III dan pelaksanaannya (1979 - 1984).

Tidak jauh berbeda dengan rencana pembangunan nasional sebelumnya pada Repelita I dan Repelita II, Repelita III merupakan kelanjutan selanjutnya. Program ini dilaksanakan pada 1 April 1979 hingga berakhir pada 31 Maret 1984. Asas yang dipakai dalam pembangunan tak jauh berbeda seperti pada Trilogi pembangunan dengan fokus pada pemerataan. Pemerataan ini sendiri memiliki berbagai langkah dan kegiatan yakni seperti :

  • Pemenuhan kebutuhan pokok rakyat banyak.
  • Kesempatan memperoleh pendidikan dan pelayanan kesehatan.
  • Pembagian pendapaatan.
  • Kesempatan kerja.
  • Kesempatan berusaha.
  • Kesempatan berpartisipasi dalam pembangunan.
  • Penyebaran pembangunan di seluruh wilayah tanah air
  • Memperoleh keadilan.

Dampak Pelita I

Dalam bidang pertanian, Pelita I memberikan dampak positif. Dengan meningkatnya sebagian besar hasil pertanian. Beras naik rata-rata 4% setahun, produksi kayu khususnya kayu rimba naik rata-rata 37,4% setahun. Selain perkembangan yang semakin membaik di bidang pertanian, terdapat pula perkembangan yang kurang menggembirakan di bidang produksi umbi-umbian, kelapa, kopi, teh, dan kapas.

Pada sektor perikanan memperlihatkan perkembangan yang menggembirakan. Ekspor ikan, terutama udang, naik rata-rata 62% setahun. Dengan membaiknya iklim ekonomi di Indonesia menjadikan para penanam modal dalam negeri dan penanam modal asing tertarik untuk menanamkan modalnya. Untuk sektor produksi industri terjadi peningkatan, antara lain produksi semen mengalami kenaikan sebesar 51%. Industri tekstil mengalami kemajuan, benang tenun meningkat dari 177.000 bal menjadi 316.247 bal. Sedangkan bahan tekstil meningkat dari 449,8 juta menjadi 920 juta meter. Pembangunan kesehatan dilakukan dengan membangun sarana kesehatan, jumlah  Balai Kesejahteraan Ibu dan Anak (BKIA) dalam tahun 1973 meningkat menjadi 6801 buah. Jumlah puskesmas meningkat dari 1227 buah dalam tahun 1969 menjadi 2343 buah dalam tahun 1973.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun