Mohon tunggu...
Seni Asiati
Seni Asiati Mohon Tunggu... Guru - Untuk direnungkan

Berawal dari sebuah hobi, akhirnya menjadi kegiatan yang menghasilkan. Hasil yang paling utama adalah terus berliterasi menuangkan ide dan gagasan dalam sebuah tulisan. Selain itu dengan menulis rekam sejarah pun dimulai, ada warisan yang dapat kita banggakan pada anak cucu kita nantinya. Ayo, terus torehkan tinta untuk dikenang dan beroleh nilai ibadah yang tak putus.

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Pilih Mana Memberi atau Menerima?

17 Mei 2020   22:07 Diperbarui: 17 Mei 2020   22:21 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Allah Subhannahu wa Ta'ala, sangat dekat dan akan mengabulkan permohonan orang-orang yang berdo'a dengan keyakinan bahwa Allahlah tempat memohon. Tentunya apabila mereka berdo'a kepada Allah SWT, senantiasa mentaati, perintah serta beriman hanya kepada Allah Azza wa Jalla. Tentunya kita akan memperoleh kebenaran.

Memberi dan menerima adalah perbuatan yang kerap kita lakukan. Banyak yang memberi kiasan dengan kalimat 'tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah.' Kadang kita tidak menyadari maksud dari kalimat tersebut. Merasa diri tidak mampu maka akan selalu menerima atau meminta tanpa pernah memberi.

Kesulitan yang kita hadapi sekarang ini karena Allah SWT akan mengangkat derajat kita dan itu semua adalah karena doa yang kita lantukan. Kita meminta pada Allah untuk eksehatan, kemurahan rezeki, kebahagiaan, bahkan kesuksesan dalam karier dan jabatan. Permintaan itu jika kita lakukan dengan keyakinan insyaalalah akan dikabulkan Allah. Untuk semua yang kita minta Allah akan menguji kita dengan kesulitan yang harus kita hadapi. Semakin banyak kesulitan atau masalah yang kita hadapi maka Allah SWT semakin sayang karena derajat kita akan diangkatnya sesuai apa yang kita minta.

Ada satu cerita ketika seorang ditanya  dengan pertanyaan yang sepele.

"Kapan Anda akan memberi?"

"Ketika saya kaya."

"Kapan Anda kaya?"

"Ketika saya memberi."

Jawaban yang luar biasa. Ukuran kaya bukan karena kita berlimpah harta atau banyaknya uang di saku. Merasa kaya tidak selalu berarti harus benar-benar kaya, sebenarnya kaya atau tidak itu adalah masalah mentalitas. Ada orang yang sudah mapan secara finansial, tapi terus menerus merasa kurang, dan maunya di bantu terus. Ada juga orang yang penghasilannya biasa-biasa saja, tapi dia merasa cukup, bahkan merasa kaya, sehingga dia mau berbagi kepada orang lain. Jadi bagaimanapun keadaan finansial kita saat ini, sesungguhnya memberi itu bisa di lakukan dengan mudah.

Adalah jauh lebih berbahagia, ketika kita memberi daripada menerima, inilah keanehannya. Semakin banyak memberi, kita akan semakin banyak berkelimpahan. Hidup akan menjadi penuh makna, dan oleh karenanya kita akan jauh lebih bahagia. Pemberian dengan tulus ikhlas akan kebahagian bahwa masih ada orang yang bisa kita beri akan peroleh nikmat yang tiada tara.

Terlalu pelit untuk memberi, akan membuat hidup kita selalu merasa kekurangan.Kita tak akan pernah merasa cukup, seumur hidup kita akan diperbudak oleh kekayaan kita dan kita tak akan bahagia. Apa yang kita punya adalah titipan Allah SWT jika Allah berkehendak semua yang kita miliki akan diambil-Nya. Pembelajaran tentang memberi memang harus ditanamkan sedari kecil. 

Sedikit sekali orang tua yang memahami makna ini. Satu contoh ketika hari raya, budaya salam dan tempel oleh orang tua pada anak-anak terasa. Setiap silaturahmi tentunya sudah disiapkan uang-uang yang harum baunya karena masih baru.

Kesenangan anak-anak adalah ketika menerima uang tersebut karena hari raya tradisinya yah mengumpulkan uang dari saudara dan tetangga. Keriangan menyimpan uangnnya yang baru di dompet atau saku baju yang baru menjadi kenikmatan tersendiri. Tetapi budaya ini janganlah dijadikan sumber pengahasilan tambahan buat anak. Contohnya pada keluarga X

"Ayo kita ke rumah A, kamu pasti dapat duit banyak."

"Minta sana sama om kan ini hari raya, ayo minta!"

"Besok semua ikut yah kita ke rumah B, lumayan tahun lalu banyakkan kalian dapat duitnya."

Nah, kalimat orang tua yang demikianlah yang merusak makna 'memberi' dengan tulus.

Sejatinya hari raya waktunya semua bahagia dan bersuka cita setelah sebulan kita berpuasa. Bersyukur dapat merayakan hari raya dengan keluarga. Ajarkan anak untuk bersilaturahmi bukan meraup untung dengan silaturahmi.

Tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah. Tidak percaya?? Ayo, kita terus memberi dan menebarkan kebahagiaan.

Marilah belajar untuk menjadi murah Hati. Sesungguhnya yang pertama mendapat berkah dari pemberian kita, bukanlah orang yang menerima, tapi justru diri kita sendiri, kepuasan dan merasa bahagia melihat yg menerima pemberian kita terseyum lega dan gembira. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun