Sedikit sekali orang tua yang memahami makna ini. Satu contoh ketika hari raya, budaya salam dan tempel oleh orang tua pada anak-anak terasa. Setiap silaturahmi tentunya sudah disiapkan uang-uang yang harum baunya karena masih baru.
Kesenangan anak-anak adalah ketika menerima uang tersebut karena hari raya tradisinya yah mengumpulkan uang dari saudara dan tetangga. Keriangan menyimpan uangnnya yang baru di dompet atau saku baju yang baru menjadi kenikmatan tersendiri. Tetapi budaya ini janganlah dijadikan sumber pengahasilan tambahan buat anak. Contohnya pada keluarga X
"Ayo kita ke rumah A, kamu pasti dapat duit banyak."
"Minta sana sama om kan ini hari raya, ayo minta!"
"Besok semua ikut yah kita ke rumah B, lumayan tahun lalu banyakkan kalian dapat duitnya."
Nah, kalimat orang tua yang demikianlah yang merusak makna 'memberi' dengan tulus.
Sejatinya hari raya waktunya semua bahagia dan bersuka cita setelah sebulan kita berpuasa. Bersyukur dapat merayakan hari raya dengan keluarga. Ajarkan anak untuk bersilaturahmi bukan meraup untung dengan silaturahmi.
Tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah. Tidak percaya?? Ayo, kita terus memberi dan menebarkan kebahagiaan.
Marilah belajar untuk menjadi murah Hati. Sesungguhnya yang pertama mendapat berkah dari pemberian kita, bukanlah orang yang menerima, tapi justru diri kita sendiri, kepuasan dan merasa bahagia melihat yg menerima pemberian kita terseyum lega dan gembira.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H