Progresivisme dalam Pembelajaran Sejarah: Implementasi dan Tantangannya
Pembelajaran sejarah sering kali dianggap membosankan, karena mengulik tentang masalalu dan di sekolah biasanya kebanyakan guru hanya menggunakan metode ceramah sebagai akternatif transfer ilmu pada peserta didik. Munculnya kurikulum baru seperti kurikulum merdeka mewajibkan setiap tenaga pendidik untuk update akan keterampilan mengajar dan wawasan dengan banyakknya semirnar dan juga workshop yang sudah banyak digelar. Dengan adanya pelatiahan maka guru juga harus menerapkan ilmu baru mereka pada peserta didik.
Filsafat adalah induk dari segala ilmu dimana filsafat memiliki ilmu yang menyeluruh. Dalam pembelajaran sejarah filsafat progresivisme akan sangat cocok jika diterapkan dengan baik. Karena filsafat progresivime adalah ilmu yang menekankan pembelajaran yang berbasiskan pengalaman, serta relevansi dengan kehidupan nyata, dan keterlibatan aktif siswa yang memberikan pengaruh besar dalam pembelajaran sejarah. Dengan pendekatan ini maka akan mengeser paradigma pembelajaran membosankan yang hanya sekedar penghafalan menjadi menuju pemahaman kritis dan aplikatif.
 Dalam konteks belajar sejarah, progresivisme mendorong peserta didik untuk dapat memahami masa lalu secara mendalam dan menyeluruh, menghubungkanya dengan isu-isu yang kontemporer, dan mempersiapkan peserta didikmengahadapi tantangan masa depan. Dengan demikian maka akan  terwujud gerenasi emas Indonesia.
Implementasi Progresivisme dalam Pembelajaran Sejarah
 Pendekatan progresif dapat diterapkan melalui berbagai metode pembelajaran yang interaktif, inovatif, dan relevan dengan kebutuhan dan pengalaman siswa. Penerapan ini mencakup penggunaan teknologi yang mendorong kolaborasi, eksplorasi, dan pemecahan masalah secara proaktif, menjadikan pembelajaran lebih bermakna dan berpusat pada siswa. Pendekatan ini juga menekankan pada pengembangan keterampilan berpikir kritis, kreatif, dan kemampuan beradaptasi untuk menghadapi tantangan dunia nyata.
Pembelajaran Berbasis Proyek Â
Pendekatan ini memungkinkan siswa untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran dengan terlibat dalam proyek-proyek yang berkaitan dengan peristiwa sejarah tertentu. Misalnya, siswa dapat diberi tugas untuk membuat rekaman dalam bentuk video, teks, atau bahkan pertunjukan untuk merekonstruksi peristiwa sejarah lokal, seperti perjuangan kemerdekaan di kampung halamannya. Program ini tidak hanya membantu siswa memahami sejarah dalam konteks yang lebih hidup, tetapi juga mendorong kreativitas, keterampilan kerja tim, dan pemahaman yang lebih dalam tentang pentingnya sejarah dalam membentuk identitas lokal dan nasional.
 Diskusi dan debat kritis
Guru memfasilitasi diskusi dan perdebatan berbagai sudut pandang yang melibatkan peristiwa sejarah. Misalnya, mahasiswa diajak berdiskusi tentang penyebab utama terjadinya Perang Dunia II, membandingkan dampaknya terhadap berbagai negara, atau membedah dampak sosial, ekonomi, dan budaya kolonialisme di Indonesia. Kegiatan ini tidak hanya melatih siswa untuk berpikir kritis, tetapi juga membantu mereka mengembangkan keterampilan berbicara di depan umum, mengambil perspektif, menghargai perbedaan pendapat, dan memahami kompleksitas permasalahan sejarah, yang seringkali melibatkan banyak faktor dan perspektif.
Â