Mohon tunggu...
Sengkiq Amik
Sengkiq Amik Mohon Tunggu... -

Just ordinary people

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Kesiangan dan Supir Taksi Baik Hati

6 Februari 2015   03:05 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:45 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kukuruyukk...kukuruyuk...kukuruyuuukkk.....

Ini adalah alarm pagi yang saya pasang pada smartphone android. Dia berbunyi tepat pukul 07.00 pagi. Dengan repeat tiap 5 menit apabila tidak saya matikan. Kali ini alarm ini tidak hanya membangunkan tidur  yang lelap tapi juga membuat jantung berdetak lebih cepat karna ternya saya terlambat bangun.

Hari ini adalah jadwal saya berangkat untuk backpacker ke sumatera barat. Jadwal terbang pesawat saya adalah pukul 08.10, sementara saat ini saya masih di atas tempat tidur dengan kebingungan. Tanpa pikir panjang langsung saja saya berlari ke kamar mandi untuk cuci muka. Iya hanya cuci muka saja tanpa gosok gigi apalagi mandi (jadi jangan bayangkan bau mulut saya pagi itu.. Hahahahahha). Dalam waktu kurang dari 5 menit saya sudah berpakaian, menyemportkan minyak wangi untuk mereduksi bau badan agar orang yang duduk disamping nanti tidak pingsan :)).

Setengah berlari saya menuju ujung gang dimana tukang ojek biasa mangkal untuk mengantarkan ke pool taksi Bluebird terdekat. Jarak pool taksi ini dengan tempat tinggal hanyalah lima menit. Di depan pool sudah tersedia beberapa taksi yang siap mengantarkan penumpang. Sempat terjadi insiden kecil dimana taksi yang saya tuju bukanlah antrian pertama yang seharusnya keluar. Saat itu koordinator memberitahu bahwa yang seharusnya keluar pertama mengantar penumpang adalah taksi yang lainnya.

"Taksi yang mana sajalah. saya sedang buru-buru ini jadwal pesawat saya mepet". Saya memotong pembicaran mereka. Akhirnya saya menuju ke taksi yang antrian pertama yang seharusnya mengantar keluar.

"Mas ongkos ojeknya mana?". Tukang ojek memanggil saya yang ternyata lupa belum bayar ojek. Hahahahha.

Taksi Bluebird yang saya tumpangi bernomor pintu AB999 dengan supir bernama pak Dudi. Pak dudi ini berumur sekitar 50 tahunan, sudah 27 tahun menjadi supir taksi. Ini adalah sebuah pengabdian kepada pekerjaan yang tak singkat. Informasi ini saya dapat setelah bertemu kembali dengan beliau.

Selama perjalanan saya tak banyak bicara beliau. Saat itu yang saya perhatikan hanya jam tangan dan speedo meter taksi, berharap masih bisa mengejar waktu boarding pukul 07.40. Saat memasuki jalan tol tiba pak Dudi baru sadar ada yang salah dengan spion kiri mobil. Beliau sempat menepi untuk memperbaiki sementara saya masih gelisah dengan waktu yang semakin mepet.

Memasuki pintu tol terdekat bandara saya melihat argo yang tertera mencapai 100 ribu dan ini normal. Tak lama saya membuka dompet untuk mempersiapkan ongkos taksi. Mata saya terbelalak melihat isi dompet yang hanya 115 ribu rupiah. Saya baru ingat bahwa semalem gagal tarik tunai di ATM dekat rumah karna ga ada uangnya. Saya mencoba tenang apa dan mempersiap kalimat yang tepat untu bicara sama pak Dudi bahwa sepertinya saya tidak bisa membayar.

Saya bongkar tas kecil untuk mencari sesuatu yang bisa saya jadikan garansi. Akhirnya saya pilih passport karna ini pasti lebih di percaya daripada ktp atau SIM yang nanti pasti akan di pergunakan di tempat tujuan.

"Pak maaf sebelumnya karna terburu-buru saya lupa mengambil uang di ATM". Saya mencoba membuka kalimat agar pak Dudi memberi pengertian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun