Mohon tunggu...
sangar senger
sangar senger Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

cintaku nkri

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mewaspadai Konflik di Indonesia,Kembangkan Wawasan Kebangsaan

17 Desember 2013   20:03 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:49 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banyak macam ideologi di dunia ini. Hampir masing-masing negara mempunyai ideologi tersendiri yang sesuai dengan negaranya.Karena ideologi  merupakan dasar atau ide atau cita-cita Negaratersebut untuk semakin berkembang dan maju. Namun, dengansemakinberkembangnya zaman, ideologi negara tersebut tidak boleh hilang dan tetap menjadi pedoman dan tetap tertanam pada setiap warganya.

Faktor yang cukup dominan dalam proses ideologisasi berbasis kultur tertentu adalah emosi keagamaan menjadi Ketika masyarakat beragama tersulut emosi keagamaannya, kultur masyarakat tersebut akan mempengaruhi aksi yang terlahir dari sikap dan pemikiran mengenai the others yang sudah terkonstruk akibat emosi keagamaan tersebut. Akankah aksi yang terlahir merupakan sekedar demonstrasi, sweeping atau merusak sarana dan prasarana umum dan melakukan tindakan kekerasan, hal tersebut biasanya terpengaruhi oleh kultur masing-masing masyarakat.Selain itu, bentrok massa yang mudah terjadi yang disebabkan karena persoalan sepele, juga menyebabkan kohesi sosial masyarakat akan semakin melemah dan ini akan menjadi titik masuk infiltrasi asing ke sejumlah daerah di Indonesia.

Radikalisme sebagai sebuah gerakan memang tidak muncul dari ruang hampa. Ada beberapa sebab yang mempengaruhi, diantaranya, 1)faktor sosial politik, 2) emosi keagamaan, 3) kultural, 4) ideologi, 5) kebijakan yang timpang. Aparat keamanan dan aparat intelijen yang ditempatkan di daerah tersebut dituntut keseriusannya untuk memonitor dan meredam kelompok radikal dan mudah pecahnya bentrok massa, jika tidak mau dinilai hanya “makan gaji buta”.Sejumlah kelompok radikal terus melakukan berbagai kegiatan untuk mewujudkan agendanya. Kegiatan yang dimaksud antara lain melakukan kajian rutin, mengadakan khitanan dan pengobatan gratis kepada masyarakat. Sementara di salah satu pondok pesantren di Labuhan Haji, Lombok Timur, NTB, mereka mengadakan latihan beladiri untuk i’dad, yang juga diisi dengan ceramah mengenai penolakan terhadap sistem Pemilu 2014.Sedangkan di Desa Cibeber, Kecamatan Cikalong, Tasikmalaya, Jawa Barat,  juga diinformasikan bahwa jama’ah Negara Islam Indonesia (NII) yang dipimpin salah seorang Camat NII Cikalong mengadakan tausiah rutin membahas kebenaran aqidah Islam dan hukumnya.

Walaupun beberapa kelompok radikal terus melakukan kegiatannya, namun sedemikian jauh aktivitas mereka masih bersifat pembinaan internal dalam rangka memupuk aqidah, fanatisme dan sikap-sikap militan. Aktivitas semacam ini tidak bisa dilarang, dibubarkan dan ditindak, karena secara hukum masih dalam batas-batas  hak asasinya. Pembinaan watak-watak fanatik, militan dan radikal selama masih dalam tataran pembinaan internal bukan sebuah bentuk konspirasi yang bertujuan makar, masih sulit ditindak. Meskipun demikian di setiap daerah aparatur teritorial harus mempunyai data dimana titik-titik potensial untuk terjadinya aksi-aksi radikal  dalam masyarakat.

Sebagai contoh kasus bentrokan yang dipicu masalah beragam masih terus terjadi di beberapa daerah. Di awal Desember 2013 di Kelurahan Oepura, Kecamatan Maulafa,Kota Kupang, NTT, Sementara itu, di Kecamatan Dolo Barat, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, antara warga desa Pesaku dengan Desa Rarapadende Kecamatan Dolo Barat. Sebelumnya di Surabaya, Jawa Timur, sekitar 500 orang dari kelompok pesilatterlibat bentrok dengan sejumlah warga penjaga portal jembatan Branjangan Benowo, mengakibatkan 2 orang luka serta satu unit sepeda motor rusak.

Secara tradisional masih kuat penghormatan terhadap masalah-masalah kepahlawanan/heroisme dan  kehormatan atas idetitasnya masih sangat kuat, bentrok massal antar golongan sangat mudah terjadi.  Sikap semacam itu sangat sensitif dan mudah merasa terhina apabila bergesekan dengan fihak lain.Potensi bentrok massal antar kelompok menjadi lebih besar dengan munculnya isu-isu yang mudah menggugah kehormatan pribadi, misalnya gangguan terhadap wanita dari kelompok lain, konflik tapal batas desa, sesuatu monumen yang dimitoskan serta identitas-identitas lain yang erat dengan harga diri. Potensi konflik antar golongan di kota-kota besar juga masih potensial terjadi dengan motif-motif yang adakalanya tidak prisipiil dan sepele, sehingga jelas sekedar pembelaan  terhadap  identitas diri  dari sesuatu kelompok masyarakat. Sejauh ini mungkin diberbagai kota eksistensi sesuatu gang yang terkenal brutal dan kriminal telah menjadi sebab sesuatu aksi brutal yang klasik dikota tersebut, namun sebuah identitas yang luas eksistensinya dengan ciri-ciri brutal dan kriminal nampaknya belum ada dan harus secara cepat dieliminasi apabila ada gejala muncul ke arah terjadinya gang semacam itu. Untuk itu mari galakan wawasan kebangsaan sejak dini bagi masyarakat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun