Mohon tunggu...
Seneng Utami
Seneng Utami Mohon Tunggu... lainnya -

an ordinary woman

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dihadapkan pada Kesulitan, Tetaplah Berbuat Baik

31 Oktober 2018   10:17 Diperbarui: 31 Oktober 2018   11:27 531
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tepatnya tanggal 14 Juni 2017 adalah hari dimana aku dikeluarkan dari rumah majikanku yang ke-4. Aku tidak pernah berpikir apabila akan diberhentikan dengan cara yang tiba- tiba. Terhitung lamaku bekerja untuk majikan tersebut selama satu tahun lebih satu bulan, menjaga dua anak laki- laki dan menyelesaikan pekerjaan rumah yang seperti sebagaimana umumnya. Dalam perjalanannya hubunganku dengan semua keluarga juga pekerjaan yang aku lakukan dapat dikatakan semua berjalan serba baik- baik.

Dan kurang lebih pukul 11:00 pagi tepat ketika anak- anak sedang di sekolahan, kedua majikanku kebetulan sedang di rumah semua. Memang saat itu majikan perempuannya sudah sebulan hanya tinggal di rumah sebab memutuskan untuk tidak bekerja. Posisi majikan laki- laki kala itu lagi kurang enak badan. Setelah aku memasakkan obat herbal cina untuknya dan memberikannya, dia ngomong sesuatu kepadaku...

"Cece sekarang kita sudah tidak butuh kamu, nyonya sudah tidak bekerja kita tidak kuat buat membayarmu...!"

Dalam hatiku sempat terkejut. Lekas- lekas mencoba untuk menenangkan diri setenang mungkin. Secara cepat aku mendalami apa yang dia katakan, aku harus membuang ego- ku untuk tidak berkata bahwa sebenarnya aku belum siap dikeluarkan.

"Oh, baiklah tidak apa- apa. Kalau selama aku bekerja di sini ada kurang dan salahnya aku minta maaf. Suatu hari nanti mari kita bertemu lagi..", jawabku dengan menahan diri untuk tidak meneteskan air mata.

Dari pukul 11:00 itu aku selesai meringkas baju dan beberapa buku hingga pukul 11:30. Hingga aku keluar rumah aku tidak menangis. Majikan perempuanku mengantarku ke Agensi untuk mengurus segala apa yang perlu dibayarkan. 

Kulihat kasurku juga dibawa keluar untuk dibuang. Disini aku berpikir jika keberadaanku memang harus berhenti sampai sekian, lebih lagi kasur tipis yang bisa dilipat itu dibuang supaya anak- anaknya sepulang sekolah tak mampu menemukan jejakku lagi. Kasur berwarna biru itu telah menjadi saksi kalau aku sudah tidur di lantai bertembokkan tiga dinding tembok dan satu dinding meja makan selama satu tahun lebih satu bulan. Masa tidur yang jarang sekali bisa merasakan kenyenyakan sebab majikan laki- laki suka menonton TV hingga larut malam.

Melihat kasur itu dibuang sama majikan perempuanku aku baru tidak bisa lagi menahan air mataku keluar. Kupeluk pundaknya dan mengatakan terimakasih atas kebaikannya yang pernah dilakukan kepadaku. Memang aku lebih dekat dengab majikan perempuanku dibandingkan dengan yang laki- laki. Ia suka membelikan sesuatu yang sama jika membelikan sesuatu kepada anak- anaknya, seperti jam tangan misalnya.

Mataku terus berlinang dalam perjalanan menuju Agensi. Aku dan majikan perempuanku naik MTR selama kurang lebih satu jam perjalanan. Ditengah perhalanannya dia bertanya;

"Kamu nggak pulang ke Indonesia saja, terus gimana ntar misalnya majikan barumu itu orangnya galak?"

"Aku belum mau pulang Indonesia, masih perlu membantu adik membayar kuliahnya. Ya kalau dapat majikan baru yang galak sekalipun aku akan usahakan untuk bisa menghadapinya semaksimal mungkin!", balasku dengan penuh rasa percaya diri.

Sesampai di Agensi si bapak pemilik Agensinya kaget. Loh kok anak ini bisa dikeluarkan. Tidak ada masalah yang berarti kok dikeluarkan, dalam hatinya berkata begitu.

Yang namanya manusia ya kadang kita belum tahu apa sebenarnya rahasia sang pencipta alam. 

Dari sedikit cerita di atas yang aku ceritakan kesannya memang aku dihadapkan pada kekalutan. Hikmah dikeluarkannya aku itu kini baru aku sadari, usai tinggal di majikan baru selama satu tahun lebih tiga bulan ternyata banyak sekali sisi baiknya. Aku mendapatkan uang tambahan (terhitung Rp. 16.000.000;-), dari uang ini aku bisa memberi orang tua, adik untuk biaya kuliah dan bisa membantu orang yang sedang benar- benar butuh uang. Dari sini aku belajar untuk tetap berbuat baik sekalipun sebenarnya aku sedang dalam keadaan terhimpit.

Di Hong Kong untuk mengurus persetujuan mendapatkan majikan baru itu butuh proses yang lumayan rumit. Kala itu aku pun diselimuti rasa cemas dan kalut kalau- kalau aku mesti menunggu visa di Macau. Mustahil juga untuk pulang ke Indonesia jika tanpa membawa apa- apa.

Buah kebaikan itu nyata, dikeluarkan bekerja tanggal 14 Juni tanggal 16 aku bertemu majikan baru. Alhamdulillah, ketika kita mau berbuat baik kepada orang lain walaupun keadaan kita sebetulnya kurang baik ternyata Tuhan memang tidak tidur. 

Tanggal 20 Juni 2017 aku sudah diperbolehkan untuk bekerja di rumah majikan baru. Berdasarkan peraturan aku hanya boleh bekerja jika visa kerjaku sudah jadi. Di rumah majikan baru ini lagi- lagi Tuhan menunjukkan kemuliaan- Nya. Aku diberi kamar sendiri tanpa harus tidur di lantai lagi. Senang sekali rasanya melihat kamarku ada satu lemari yang berkotakkan enam bagian. Bisa buat menaruh baju dan buku. Kini setiap meminjam buku di Perpustakaan aku jadi bisa meminjam buku berjumlah delapan sekaligus.

Di tempat kerjaan yang baru terbilang jauh dari kota dan keramaian. Namun kurasa tempat ini lebih menyejukkan jiwa. Hamparan bukit mengelilingi tempat tinggalku saat ini, pohon di sana- sini mudah kulihat setiap harinya. Meskipun di tempat ini pekerjaan yang ada sangat banyak bersyukur aku punya teman yang juga berprofesi sama denganku. Temanku berasal dari Jember, Jawa Timur.

Tidak ada yang lebih menyenangkan selama aku tinggal di tempat majikan yang baru ini, aku merasa semakin hidup. Banyak pelajaran hidup yang kudapati. Kedekatanku dengan tiga ekor anjing milik majikan, dipadukan dengan bagaimana aku harus menghadapi karakter orang rumah mulai dari nenek, tuan dan nyonya, anak majikan dan bagaimana aku menghadapi karakter temanku. Senang rasanya apabila kita bisa memperlakukan orang sesuai cara berpikir dan psikologisnya, kita jadi seperti mengikutinya.

Dari pengalaman ini akan menjadi catatan tersendiri mengenai; berbuat baik sebisa yang dapat kita lakukan kepada siapa saja dari apa yang kita punya, walaupun kita sebenarnya sedang dalam keadaan sulit.

Jangan ragu berbuat baik karena sebenarnya kebaikan yang kita lakukan pada akhirnya untuk nilai kebaikan kita sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun