Awal mula itu teman saya Mbak Tri yang majikannya punya agency menyalurkan TKW, Â memperkenalkan saya dengan Grace, wartawan Apple Daily. Grace dulunya pernah bantu kerja di agency jadi sudah akrab dengan Mbak Tri.
Saya menerima pesan dari Grace, yang ia tanyakan apakah setiap libur suka berkumpul dengan teman dan biasanya bawa makanan apa. Langsung saya jawab kalau pas dapat libur biasanya ke perpus saja baca buku.
Kali itu Grace sedikit kecewa sebab ternyata saya bukan kriteria orang yang ia cari. Namun, untuk menyenangkan hati Grace, saya punya ide untuk menceritakan sedikit hobi dan pengalaman pribadi melalui pesan yang berlangsung tadi.
"Grace, sebelumnya maaf kalau aku nggak bisa bantu kamu. Ehm, pasti aku akan senang kalau bisa bertemu denganmu. Ya, selama ini sih aku kalau libur mentoknya di perpus saja, selain baca buku aku juga suka menulis. Dan karena menulis itu, aku pernah berkesempatan untuk bertemu presiden loh di Indonesia. Aku pernah kesasar jadi pemain teater amatir yang mesti pentas di panggung besar. Sekarang, hobiku mempelajari Bahasa Jepang!"
Itulah yang saya katakan kepadanya. Tidak lama kemudian, selang sehari si Grace cerita ke pimpinannya tentang saya. Tak disangka, beliau tertarik dengan cerita yang saya punya.
Tanggal 6 Agustus 2016, saya bertemu Grace untuk yang pertama kalinya. Dia bertanya banyak tentang saya.
"Kenapa bahasa Inggrismu cepat sekali, aku tak paham apa yang kamu katakan..." , cetus Grace sambil tertawa.
"Masak sih, perasaan biasa saja. Mungkin aku sedang terlalu antusias dan bahagia bisa diwawancarai begini. Hehehe....", balas saya.
Pertemuan itu berlangsung kurang lebih empat jam. Lumayan lama juga hingga ngobrol kemana-mana. Satu jam pertama, kebetulan ada teman saya asal Korea. Kita bertiga ngobrol di sebuah Kafe.
"Wow..., kamu bisa punya teman dari lain negara, bagaimana bisa. Aku sendiri tidak percaya diri menggunakan bahasa Inggris untuk bercakap dengan orang asing!", ujar Grace.
"Bahasa Inggrisku nggak bagus-bagus amat tetapi memang aku suka menjalin pertemanan dengan orang banyak. Dengan begitu aku ingin tahu bagaimana sih pikiran pikiran dari kebanyakan orang yang apalagi terlahir dari budaya dan kebiasaan yang berbeda. Pasti berbeda pula cara mereka memutuskan sesuatu..."