Ingin menulis, tapi takut untuk memulainya. Padahal blog sudah dibuat, buku kosong juga ada, atau pun menulis di media apa saja. Beberapa teman saya banyak yang saat ini menyatakan diri ingin menulis. Namun hingga sampai saat ini belum juga tercipta satu tulisan yang dituliskannya.
Dengan segala kekurangan saya, sudah banyak kali saya menyampaikan kepada teman- teman saya untuk “tidak takut” memulai menulis dengan berbagai tips yang saya ketahui. Sepertinya usaha saya menstimulasi mereka tidak tanggung-tanggung, bahkan pada saat saya menyampaikan saya malah yang lebih antusias. Saya katakan, kita hidup kalau mau menulis sejak saat ini akan banyak keuntungan yang didapat. Sebab dari menulis, orang akan tahu siapa kita. Menulis cara ampuh untuk mengabadiakan sebuah momen atau peristiwa karena hidup itu sendiri adalah bagian dari sejarah. Setiap orang dari kita pasti akan memiliki sejarah yang berbeda-beda. Menulis itu asyik, bisa dijadikan sebagai terapi buat diri kita sendiri agar mau mengontrol emosi dan kesadaran diri. Dengan menulis, kita bisa berbagi cerita, pengalaman, dan menjadikan kita tambah relasi. Banyak banget sisi positif dari menulis jika saya tuliskan.
Memang iya, untuk memulai segala sesuatu itu butuh proses, butuh belajar, dan perjuangan. Orang bisa menulis, tentunya karena terbiasa (belajar) menulis bukan asal sekali jadi dan terbiasa pandai menuliskan apa saja. Pada dasarnya untuk mengompori teman- teman saya mau menulis saya biasanya menguraikan apa saja keuntungan- keuntungan yang didapat untuk diri kita sendiri jika kita mendisiplinkan diri menulis kepada mereka. Ketika saya menyampaikan, mereka seperti jelas dengan apa yang saya omongkan. Mereka manggut-manggut berarti mengerti, paham, dan percaya dengan keuntungan-keuntungannya.
Saya meyakini sekali bahwa tiap-tiap dari kita itu punya potensi untuk bisa mengungkapkan perasaan, pemikiran dan uneg-unegnya tentang apa saja lewat tulisan. Karena bagi saya, menulis itu tak beda dengan kebiasaan kita berbicara dalam kehidupan sehari-hari. Kalau kita mau menyadarinya, sebenarnya berbicara itu merupakan aktivitas yang spontanitas bukan. Walaupun (maaf) mungkin dari kita hanya bisa berkomunikasi lewat isyarat tetapi sebuah isyarat pun tetap bisa dikomunikasikan dengan tulisan atau body language.
Cara yang paling gampang agar kita bisa menulis yaitu, tulis saja apa yang ingin kita sampaikan seperti halnya pada saat kita memberitahukan informasi/ berbicara kepada orang lain sesuai dengan hati kita. Untuk memulai menulis tak perlulah kita harus menuliskan sesuatu yang “wah..” atau “spektakuler…” tetapi cukup kita memulai menulis karena yakin bahwa diri kita pasti bisa menulis!
Alasan Kenapa Orang Takut Menulis:
Tidak Punya Kepercayaan Diri
Untuk menumbuhkan kepercayaan diri butuh latihan jatuh bangun untuk membangunnya. Saya dulu pun demikian, lebih seringnya saya selalu beranggapan bahwa tulisan orang lain itu lebih baik, bermutu dan berbobot daripada yang akan saya tuliskan. Menjadikan saya belum- belum sudah pengen nyerah duluan. Ketidak percayaan diri saya berangsur-angsur hilang sendiri setelah saya terus belajar menulis dan menulis, menuliskan apa saja yang ingin saya tulisakan. Sekalipun berupa catatan harian, saya tidak berpatokan dengan satu tema tulisan tetapi saya membiarkan tangan saya menuliskan sesuatu sesuai dengan naluri saya mau nulis apa. Saya awal menulis dulu, suka memperhatikan beberapa penulis senior dan penulis-penulis yang produktif yang biasanya dalam sehari bisa mem-publish satu tulisan. Beruntung banget deh dua tahun yang lalu saya bisa mengenal Kompasiana seperti ini. Diamana tulisan orang yang satu dan yang lainnya sama- sama bisa dibaca untuk diambil cerita-cerita, kisah baru, reportase atau opininya secara gratis!
Oiya, yang membuat saya sangat percaya diri kala itu kenapa saya mau terus belajar menulis yaitu karena dari dalam diri saya terlahir sebuah keyakinan kalau dengan aktif menulis suatu saat saya akan dikenal orang (bukan berarti mengharapkan menjadi orang terkenal ya). Dikenal orang bagi saya selain nambah relasi, pasti akan tambah rejeki…hehehhe
Tidak Punya Ide Tulisan
Salah satu contoh teman saya, ada yang sangat senang dengan yang namanya jalan- jalan ke suatu tempat rekreasi. Dia sampai saat ini hanya menge-share photo jalan- jalannnya itu lewat Facebook saja. Pernah saya memintanya untuk dituliskan dalam sebuah blog dan saya sudah membantunya membuatkan blog agar dia bisa belajar menuliskan perjalanannya secara berlahan. Dia bilang untuk memulai menulis itu susah. Katanya sulit untuk focus, bingung mau menulis memulai dari mana, dan berbagai macam alasan lainnya.
Bagi saya, untuk memulai belajar menulis sebenarnya simple saja. Kita bisa mengambil satu tema yang berkaitan dengan apa hobi dan minat kita. Karena yang penting sebelum menulis kita harus punya satu ide tulisan yang interesting banget di hati kita. Misalnya suka jalan-jalan, ya sudah coba saja ambil tema dengan menentukan satu tempat yang ingin kita tuliskan terlebih dahulu. Cari tahu atau ingat- ingat bagaimana kita bisa mengunjungi tempat itu, apa keunggulan dan kekurangan tempat itu, ceritakan apa yang kita lihat dan bagaimana perasaan kita sewaktu di tempat yang kita kunjungi tersebut. Untuk bahasanya biarkan bahasa kita mengalir dengan sendirinya. Ada yang bilang agar tulisan kita bisa ditangkap dan diterima di hati pembaca, kita perlu menuliskan sesuatu dengan kalimat yang muncul dari hati kita supaya yang baca bisa ditangkap sampai kerelung hati pula…
Untuk memulai, jangan takut kekurangan ide tulisan karena sebenarnya kalau sudah terbiasa menulis segala sesuatu yang kita lihat, kita dengar, kita rasakan, kita baca juga bisa menjadi sumber ide tulisan. Malah kalau sudah biasa menulis nantinya kita akan kebanjiran ide tulisan, Ide tulisan memang banyak, yang perlu kita lakukan adalah mengembangkan ide tulisan itu menjadi sebuah artikel yang menarik.
Tidak Punya Waktu Untuk Menulis
“Jadi kapan mau memulai menulis?”, pertanyaan tersebut berkali- kali saya tanyakan kepada teman saya yang pernah berniat mau memulai menulis. Bilangnya tidak ada waktu. Hih, lumayan buat saya gemes jawaban dari teman saya itu. Lalu, saya katakan kepada teman saya kalau memulai menulis itu kita mesti “menyempatkan waktu” bukan tidak ada waktu sama sekali. Saya ingat pesan ini dari Dewi Dee. Setelah dirasa-rasakan benar juga, kadang saya pun heran dengan saya sendiri yang saat ini produktifitas menulisnya malah anjlok dibandingkan pada saat saya masih bekerja di Hong Kong yang penuh dengan kesibukan sangat padat. Hati saya bertanya, kenapa saya malas menulis rupanya karena saya kurang bisa menyempatkan waktu saya untuk menulis. Menulis itu tidak harus panjang dan berbelit, menulis puisi juga termasuk karya tulis. Menulis yang terpenting apa yang ingin kita sampaikan dapat diaktualisasikan dalam bentuk kata-kata. Sepertinya kita semua memiliki waktu yang sama yaitu 24 jam perhari. Nah, kalau ada orang yang punya kesibukan super saja bisa menulis, kita pasti juga bisa kok asal ada kemauan keras untuk “menyempatkan diri untuk menulis”.
Takut Salah
Ada pepatah, lebih baik melakukan sesuatu salah dari pada tidak melakukan apa-apa. Jadi, menurut saya lebih baik kita mau belajar menulis dan jatuh bangun daripada membentengi diri untuk tidak segera menulis. Melakukan sesuatu dari proses awal wajar lah kalau salah namanya juga tahap belajar.
Marilah memulai menulis dengan suka- cita. Percayakan kalau untuk bisa menulis itu butuh proses dan kemauan besar untuk memulainya. Memulai dengan langsung mempraktikannya pasti akan lebih seru daripada ditakutkan dengan bayangan yang tidak-tidak. Menulis akan selalu membawa dampak positif dan kebaikan selagi tidak mengandung unsur SARA dan bermaksud merendahkan/ mengejek orang lain. Mari menulis hal- hal yang membawa kita pada inspirasi positif dan mari menulis untuk berbagi. Berbagi semangat, kisah dan menjalin sebauh silaturahmi yang tak pernah pudar.
Salam Kompasiana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H