[caption id="attachment_366088" align="aligncenter" width="600" caption="Ilustrasi Hong Kong/Kompasiana (KOMPAS IMAGES / RODERICK ADRIAN MOZES)"][/caption]
Ada apa dengan bibir-bibir orang Hong Kong ya? Seperti tujuan awalku dulu untuk datang ke Hong Kong, selain bekerja adalah untuk mengetahui langsung lifestyle-nya orang Hong Kong. Sebagai catatan khusus di otakku, aku mau menulisnya sekaligus aku publis di Kompasiana ini. Tanpa terasa keberadaanku di Hong Kong, tinggal menghitung hari. Aku akan segera kembali ke Indonesia untuk selamanya. Harapan besarku saat ini dan nanti, aku sudah tidak mau bekerja menjadi TKW.
Menikmati detik-detik terakhir di Hong Kong, rasanya ada yang kurang jika aku belum menyimpulkan apa yang kudapat dari pencarian apa saja yang aku cari, terutama pengamatan langsungku tentang orang-orang Hong Kong.
Bukan berarti aku sensi dengan orang Hong Kong, tetapi aku ingin mengambil banyak pelajaran dari orang-orang Hong Kong. Pertanyaan besarku dalam hati ialah ''Kenapa orang Hong Kong hidupnya lebih maju daripada kehidupan sebagian besar orang Indonesia?
Pada judul tertuliskan ada kata ''Bibir-bibir''. Kenapa aku memilih kata itu? Alasan utamanya karena dari pengamatanku, bermula dari bibir-bibir orang Hong Kong lah aku berusaha untuk berpikir semaksimal mungkin menyikapi rahasia yang tersembunyi dari apa yang ku cari! Kuamati, bibir-bibir orang Hong Kong itu suaranya mahal jika ditempat umum. Seperti biasanya, mereka akan melakukan apa yang perlu mereka lakukan tanpa banyak bicara. You are you and me is me. Itulah orang Hong Kong!
Dari bibirnya orang Hong Kong yang tidak suka ngomong jika tidak perlu ngomong itu, sebagian besar mereka apabila sedang berjalan selalu dengan langkah percaya diri, tegap dan cepat. Aku jadi mikir, pastinya mereka begitu karena mereka berjalan dengan tujuan yang jelas ya. Oh ya, aku juga yakin kalau 80% orang-orang Hong Kong bekerja dalam bidang jasa. Aku perhatikan, di Hong Kong hampir semua lahannya dijadikan perkotaan. Ada pertanian hanya di tempat-tempat tertentu dan tidak banyak. Barang-barang kebutuhan pokok seperti makanan itu banyak didatangkan dari impor negara lain.
Kalau 80% penduduknya bekerja dibidang jasa, maka tidak heran jika pendidikan di Hong Kong sangat berperan penting mengiringi kelajuan pertambahan penduduk di negaranya tersebut. Sebutan Hong Kong sebagai negara metropolis itu berhasil disandangnya, tak lepas dari sudah banyaknya brand-brand internasional yang dipasarkan di Hong Kong. Brand yang aku maksud di sini yaitu seperti jam tangan Rolex, baju Levi's, atau brands internasioanal lainnya.
Bayangkan ya, kalau bukan karena kekayaan Sumber Daya Manusianya (SDM), maka orang-orang Hong Kong tidak akan bisa bertahan hidup lama di Hong Kong dengan wilayahnya yang jauh berbeda dengan keadaan di Indonesia. Seperti yang kita ketahui, di Indonesia orang yang hidup pas-pasan akan bisa hidup sekalipun pendidikan kurang, atau keadaan ekonominya kurang. Air di Indonesia masih melimpah, rumah-rumah di Indonesia kebanyakan adalah rumah banglo(rumah yang berdiri sendiri, bukan apartemen atau rumah susun), barang-barang kebutuhan makanan  yang paling pokok beras. Sayurnya sebagian dari penduduk Indonesia masih bisa didapat dari bercocok tanam sendiri).
Yang unik di Hong Kong. Tadi sudah aku katakan bahwa, orang Hong Kong suaranya mahal. Tetapi, kenapa mereka banyak yang taat terhadap hukum yang berlaku di negaranya? Kenapa mereka sadar diri mau bekerja keras, mereka mau menuntut ilmu tinggi-tinggi demi masa depannya sendiri? Tanpa mempedulikan latar belakang yang mereka punya, mereka gemar belajar tentang sesuatu! Mereka banyak yang mempunyai semangat hidup yang membara? Mereka tampak mempercayai dirinya sendiri tanpa ada banyak motivator seperti di Indonesia yang jumlah motivatornya sudah semakin banyak!
Bibir-bibir orang Hong Kong akan bersuara lirih jika mereka berbicara di tempat umum, kecuali beberapa orang yang mempunyai keterbatasan atau watak bersuara keras. Jika ada itu tak membuat gaduh seperti tempat-tempat umum di Indonesia. Baik di pasar, mall, Rumah Sakit, pom bensin, atau tempat umum lainnya. Mereka akan berbicara hanya dengan pasangannya, keluarganya atau orang yang dikenal. (Ha ha ha masak mau ngomong sendiri ya, kalau nggak ada teman yang dikenalnya sama sekali di tempat umum?)
Kembali bertanya lagi! Mengapa orang-orang Hong Kong yang kebanyakan diantara mereka suka berdiam diri ketika kita menjumpai mereka di tempat umum tetapi sebagian besar mereka mampu berkompetensi dengan orang lain? Jawabannya hanya satu. Yaitu ideologi. Maaf butuh buka Google dulu nih!