Tengah hari itu…
gugur butiran air mata di wajah mu
Hibanya hati melepaskan Rasul pergi
Bukan tidak reda,
Tapi itulah hati seorang isteri
pasti ada rasa cinta!
Pada akrab sekian lama yang terpisah
Bagai isi dan kuku…
Tapi hakikatnya kita semua hamba
Yang terpaksa akur dengan takdir-Nya
Jalan mujahadah menggamit kelangsungan budi
Setia seorang isteri tanpa teman menabur jasa
makam itu cuma semadi jasad…
Tapi dian batinnya terus menyala
Pada sebuah amanat di sisi isterinya
Wahai srikandi cinta Rasul yang masih hiba
Duhai srikandi budi yang masih lara
Sepuhlah air mata di usia muda
Melangkahlah semula dengan kukuh
kerna jalan ini masih jauh
Yang wafat cuma jasad
Bukan niat dan semangat!
Citra ini mengimbau sejarah ‘si merah’
– Umamahatul Mukminin Siti Aisyah
di usia remaja menjadi isteri Rasulullah
Teman Rasul ketika berjuang membela umat
Teman Rasul ketika di amuk sakarat
di ribaannyalah baginda wafat
Sepeninggalan Rasul…
Dialah gedung ilmu yang mendidik tanpa jemu
Dialah gunung budi yang berbakti tanpa henti
Dia hanya kehilangan suami
Tapi bukan kehilangan misi!
Sesekali ketika rawan diusik kenangan…
Berteduh di sejuk wuduk menawar gundah
Istirahat hati pada satu hakikat…
Cintaku hanya sedebu cinta-Nya
Relakanlah dia pergi…
Menemui temannya di daerah tinggi!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H