Mohon tunggu...
Sendi Suwantoro
Sendi Suwantoro Mohon Tunggu... Mahasiswa - Ketua SEMA FTIK IAIN Ponorogo 2023/2024

Jangan pernah meremehkan orang walaupun bersalah jangan memandang diri sendiri ketika punya kelebihan

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas Pilihan

Generasi Z: Terjebak dalam Spiral Budaya "Scroll" dan "Like"

5 Februari 2024   01:47 Diperbarui: 5 Februari 2024   01:57 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mahasiswa, agen perubahan dan pencerah bangsa, kini dihadapkan pada sebuah ironi: budaya membaca dan menulisnya kian tergerus. Fenomena ini bagaikan alarm bagi masa depan bangsa, mengantarkan generasi muda pada jurang kemiskinan literasi.

Di era digital, mahasiswa terjebak dalam spiral budaya "scroll" dan "like". Layar smartphone bagaikan candu, menjerumuskan mereka dalam lautan informasi tanpa makna. Membaca buku tebal bagaikan beban, tergantikan oleh artikel singkat dan video viral yang instan. Menulis esai panjang terasa bagaikan kutukan, tergantikan oleh status singkat dan emoji yang tak bermakna.

Akibatnya, kemampuan berpikir kritis dan analitis mahasiswa terancam. Nalar tergantikan oleh emosi, argumen tergantikan oleh hoaks, dan diskursus tergantikan oleh perdebatan tanpa substansi. Generasi muda terjebak dalam "echo chamber", terkungkung dalam informasi yang sejalan dengan pemikiran mereka, tanpa ruang untuk bertukar gagasan dan memperkaya wawasan.

Ironisnya, di tengah krisis literasi ini, tugas dan tanggung jawab mahasiswa kian berat. Mereka dituntut untuk menjadi pembelajar sepanjang hayat, mampu menghasilkan karya ilmiah yang berkualitas, dan berkontribusi aktif dalam pembangunan bangsa.

Bagaimana mungkin generasi muda dapat mengemban tugas mulia ini jika mereka tak memiliki fondasi literasi yang kuat? Bagaimana mungkin mereka dapat menjadi pemikir kritis dan agen perubahan jika mereka terjebak dalam budaya "scroll" dan "like"?

Membangun kembali budaya membaca dan menulis di kalangan mahasiswa adalah sebuah keniscayaan. Upaya ini memerlukan sinergi dari berbagai pihak:

Pertama, peran aktif dari institusi pendidikan. Kampus harus menyediakan akses yang mudah dan murah terhadap buku-buku berkualitas, menyelenggarakan program-program literasi yang menarik dan inovatif, serta mendorong dosen untuk menumbuhkan minat baca dan menulis di kalangan mahasiswa.

Kedua, peran keluarga dalam menumbuhkan kecintaan terhadap buku sejak dini. Orang tua perlu menjadi contoh bagi anak-anak dalam hal membaca dan menulis, menyediakan lingkungan yang kondusif untuk belajar, dan mendorong anak-anak untuk mengeksplorasi berbagai jenis bacaan.

Ketiga, peran komunitas dan organisasi pemuda dalam menciptakan ruang-ruang literasi yang kreatif dan inspiratif. Komunitas dan organisasi pemuda dapat menyelenggarakan kegiatan seperti diskusi buku, workshop menulis, dan lomba karya tulis untuk mendorong partisipasi aktif mahasiswa dalam budaya literasi.

Membangun kembali budaya membaca dan menulis di kalangan mahasiswa adalah investasi untuk masa depan bangsa. Generasi muda yang literat adalah kunci untuk membangun Indonesia yang maju, sejahtera, dan bermartabat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun