Di batas senja yang meredup,
Aku tulis bait-bait rindu,
Tentang rasa yang tertahan,
Bukan cinta biasa yang menyapa,
Tetapi rasa yang terlarang,
Terikat norma dan terbelenggu dosa,
Menyiksa jiwa.
Aku pendam rasa ini,
Dalam diam yang sunyi,
Menelan pil pahit kenyataan,
Bahwa kau takkan pernah menjadi milikku.
Hanya dalam mimpi,
Aku bisa memeluk erat bayanganmu,
Menyapa namamu dalam bisikan,
Tanpa rasa takut dan keraguan.
Jujurku kepadamu,
Sebuah simfoni pilu,
Senandung rindu yang tertahan,
Terkubur dalam ilusi cinta yang terlarang.
Namun, aku tahu,
Jalan ini takkan membawa kita ke mana-mana,
Hanya luka dan kecewa yang menanti di depan mata.
Maka, kuikhlaskan rasa ini,
Membiarkannya pergi bersama angin,
Menemukan kebahagiaan di tempat lain,
Tanpa bayang-bayang keraguan.
Jujurku kepadamu,
Semoga menjadi pengingat,
Bahwa cinta tak selalu tentang memiliki,
Tetapi tentang ketulusan dan pengorbanan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI