Keriput peta jalan hidup yang terlewati,
Ingatan berlari kencang, meski langkah tak lagi gesit.
Mata tak setajam elang muda,
Tapi rindu masih nakal meliuk, menggelitik.
Senyum tetangga renta, gigi ompong genit,
Bisik cerita cinta masa lalu, mesam-mesem tak henti.
Tangan keriput genggam erat tangan renta,
Menari waltz di bawah lampu teplok redup, tak peduli lantai berderit.
Oh, masa muda, nakalnya masih tertinggal,
Menyelinap di senyum genit, di tepuk tangan riang.
Cinta tak lekang meski rambut memutih,
Rindu menggelitik, walau di ujung tongkat beringsut pelan.
Senja takkan pernah meredupkan bara asmara,
Meski mentari enggan menyapa di ufuk senja.
Di bangku reyot bercerita tentang rindu,
Masa lalu berbisik, cinta tak pernah tua.
Jadi, mari berdansa lagi, engkau dan aku,
Biarkan rindu menggelitik di ujung tongkat, takkan pernah redup.
Asal kau tahu, cinta sejati tak mengenal renta,
Selalu muda, meski usia renta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H