Mohon tunggu...
Sendi Suwantoro
Sendi Suwantoro Mohon Tunggu... Mahasiswa - Ketua SEMA FTIK IAIN Ponorogo 2023/2024

Jangan pernah meremehkan orang walaupun bersalah jangan memandang diri sendiri ketika punya kelebihan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bisikan Perut, Harmoni Jiwa: Kisah Rara dan Jeda Makan Penuh Perhatian

3 Februari 2024   07:40 Diperbarui: 3 Februari 2024   07:42 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://pixabay.com/id/photos/piring-makanan-ide-makan-3033198/

Rara, mahasiswa semester akhir, selalu disibukkan tugas dan deadline. Makan kerap terlupa, diganti cemilan instan sambil menatap layar laptop. Tubuhnya lelah, pikiran penat, namun ia tak sadar asal memasukkan apapun ke mulut. Suatu hari, ia pingsan di perpustakaan akibat kelelahan. Dirawat di klinik kampus, dokter menyarankan Rara belajar mindful eating.

Awalnya, Rara bingung. Ia terbiasa makan cepat, tak pernah benar-benar merasakan makanan. Ia pun mengikuti workshop mindful eating. Instruktur mengajarkan untuk fokus pada saat makan, mengenali rasa lapar dan kenyang, serta menghargai setiap gigitan. Rara skeptis, namun ia mencobanya.

Besok pagi, Rara menyiapkan sarapan sederhana: roti gandum, telur dadar, dan buah potong. Ia duduk di meja, mematikan ponsel, dan mulai makan perlahan. Rara mengamati warna roti, aroma telur, dan bentuk buah. Ia mengunyah perlahan, merasakan tekstur dan menikmati rasa. Perlahan, ia merasa kenyang lebih cepat meski porsinya lebih kecil.

Hari-hari berikutnya, Rara berlatih mindful eating. Ia makan di tempat tenang, tanpa gangguan. Ia mengenali rasa lapar dan kenyang dengan bertanya pada tubuh, bukan pikiran. Ia berhenti makan sebelum benar-benar kekenyangan.

Perubahan pun terjadi. Rara lebih berenergi, fokusnya meningkat, berat badannya stabil, dan ia tak lagi mudah lelah. Lebih penting lagi, ia merasa lebih tenang dan damai. Makan tak lagi sekadar mengisi perut, tapi menjadi jembatan untuk terhubung dengan dirinya sendiri.

Suatu sore, Rara berjalan-jalan di taman kampus. Ia melihat seorang teman, Bagas, makan mie instan sambil mengerjakan tugas di bangku. Mie hampir habis, wajah Bagas tegang, matanya tak lepas dari layar laptop. Rara tergerak. Ia mengajak Bagas berbincang dan mengenalkan mindful eating.

Awalnya, Bagas tak tertarik. Namun, melihat perubahan positif pada Rara, ia mau mencobanya. Ia mulai dengan jeda 5 menit sebelum makan, mematikan ponsel, dan fokus pada makanan. Perlahan, Bagas merasakan manfaat mindful eating. Ia tak lagi mudah stress, bisa fokus lebih lama, dan lebih menikmati hidup.

Beria mindful eating menyebar di kampus. Rara dan Bagas berinisiatif membentuk komunitas "Bisikan Perut, Harmoni Jiwa". Mereka mengajak teman-teman lain untuk berlatih mindful eating. Mereka mengadakan sharing session, workshop, dan kegiatan makan bersama dengan penuh perhatian.

Kampus pun berubah. Mahasiswa tak lagi buru-buru makan. Mereka terlihat lebih tenang dan fokus. Bahkan, para pedagang makanan mulai menyediakan menu sehat dan tempat makan yang nyaman.

Cerita Rara dan Bagas menunjukkan bahwa mindful eating bukan sekadar tren, tapi gaya hidup yang membawa perubahan positif. Dengan mendengarkan bisikan perut dan makan dengan penuh perhatian, kita tak hanya menyehatkan tubuh, tapi juga menenangkan jiwa. Dan siapa tahu, perubahan kecil ini bisa membawa harmoni ke kehidupan kita dan lingkungan sekitar.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun