Dalam teduh pelukan malam yang pekat,
Aku termangu, di kursi tua berderak.
Hening hilir mudik angin resah,
Menyapa jendela, mengusik perih asa.
Detak jantung berbisik di ruang sunyi,
Menghitung jejak langkah yang hilir mudik.
Kenangan berkejaran, bagai bayang mimpi,
Menyisakan luka, entah bahagia atau duka.
Kedua mata terpejam, mendekap sunyi,
Mencari benang hikmah, di lorong gelap hati.
Apakah yang tertinggal, selain jejak dan debu,
Adakah makna tersembunyi, di balik kabut waktu?
Suara batin bergema, lembut penuh wibawa,
"Jangan kau tenggelam, dalam duka nestapa.
Masih ada esok, dengan harapan baru,
Peluklah sang fajar, dengan semangat menyala."
Di sela diam, jiwa menemukan kekuatan,
Untuk bangkit kembali, meraih mimpi harapan.
Terima kasih, malam dan sunyi yang bijaksana,
Kaulah ruang renung, tempat jiwa bicara.
Kini senyum merekah, meski samar dan sayu,
Pelita kecil di hati, mulai kembali menyala.
Bisikan jiwa menguat, di hening malam berlalu,
"Aku siap menyambut hari esok, dengan langkah baru."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H