Matahari malu-malu menyapa,
Jendela berembun, hati pun tergapa.
Membawa bayangmu mengetuk pelan.
Aroma kopi menggelitik jiwa,
Tapi tak semanis senyummu di kala.
Burung gereja berdendang riang,
Tapi tak seindah canda tawa yang hilang.
Di helaan napas udara pagi,
Tercium wangi janji yang kau beri.
Di desir daun tertiup embun,
Terdengar bisik suaramu mendegun.
Oh, rindu yang datang di pagi buta,
Menyelusup lembut bagai kabut sutra.
Akankah mentari siang nanti,
Membawamu pulang dari mimpi?
Sampai saat itu, kusimpan rindu,
Dalam secangkir kopi, dalam detak waktu.
Kan kuterima senyummu kelak,
Di pelukan mentari sore yang hangat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H