Mohon tunggu...
Sendi Suwantoro
Sendi Suwantoro Mohon Tunggu... Mahasiswa - Ketua SEMA FTIK IAIN Ponorogo 2023/2024

Jangan pernah meremehkan orang walaupun bersalah jangan memandang diri sendiri ketika punya kelebihan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Guru: Lebih dari Sekadar Papan Tulis dan Spidol

19 Januari 2024   11:06 Diperbarui: 19 Januari 2024   11:09 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Guru. Kata sederhana, namun maknanya terentang luas. Di balik sosoknya yang berdiri di depan kelas, mengajarkan rumus matematika atau menganalisis puisi, tersembunyi peran yang jauh lebih besar daripada sekadar penyampai ilmu. Guru adalah pemahat mimpi, pembakar semangat, dan pemetik kuncup-kuncup potensi yang bersemayam dalam diri muridnya.

Kehadiran guru tidak hanya terbatas pada ruang kelas dan jam pelajaran. Guru mewarnai kehidupan sehari-hari kita dalam cara-cara yang tidak terduga. Di antrean minimarket, mungkin kita tanpa sadar menerapkan etika antre yang pernah diajarkan Bu Guru SD dulu. Saat membantu tetangga memecahkan masalah teknis, mungkin keahlian problem solving itu ditumbuhkan oleh Pak Guru SMP yang gigih membimbing kita di lab komputer. Guru, meski sosoknya mungkin tak lagi hadir di bangku sekolah, meninggalkan jejak-jejak kebijaksanaan yang terus terangkai dalam keseharian kita.

Guru juga bukan hanya tentang transfer ilmu, melainkan proses transformasi karakter. Guru yang baik adalah teladan. Integritasnya menginspirasi murid untuk memegang teguh kebenaran. Kegigihannya menumbuhkan semangat pantang menyerah. Kepeduliannya mengajarkan empati dan belas kasih. Dalam setiap perkataan dan perbuatannya, guru menjadi cerminan nilai-nilai luhur yang akan dianut muridnya sepanjang hidup.

Di era digital yang serba cepat, peran guru kian tak tergantikan. Dalam lautan informasi, guru menjadi navigator yang bijak, mengajarkan murid untuk berpikir kritis, menyaring fakta, dan memanfaatkan teknologi dengan bertanggung jawab. Guru adalah jembatan penghubung antara masa lalu, masa kini, dan masa depan, memastikan bekal pengetahuan dan ketrampilan yang diberikan cukup kokoh untuk murid berlayar menghadapi tantangan zaman.

Menjadi guru bukanlah sekadar profesi, melainkan panggilan jiwa. Dibutuhkan dedikasi yang tulus, kesabaran tak berbatas, dan cinta yang tak bersyarat. Guru mengabdikan diri pada generasi penerus, menanamkan benih-benih harapan agar bertunas dan bermekaran. Maka tak heran, sosok guru kerap digaungkan dalam syair puisi, dilantunkan dalam lagu, dan dipuji dalam kisah-kisah heroik.

Jadi, marilah kita sejenak menghaturkan rasa terima kasih kepada para guru. Terima kasih atas ilmu yang ditularkan, atas karakter yang dibentuk, atas mimpi yang dipupuk. Guru, tak ubahnya pelita di tengah kegelapan, menerangi jalan kita menuju hari esok yang lebih cerah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun