Tak berbalut marmer dan granit,
Rumahku sederhana, berdinding bata.
Atapnya rumbia, hijau bersahabat,
Berbisik irama saat hujan menyapa.
Jendela kayu, berbingkai ukiran,
Mengintip senyum mentari pagi.
Angin berbisik, membawa aroma tanah,
Dan nyanyian burung gereja yang tak pernah sepi.
Lantai terakota, dingin di telapak kaki,
Meneman langkah kecil hingga dewasa.
Dindingnya perpustakaan kenangan,
Menyimpan cerita dalam bingkai foto tua.
Pohon jati tua, sahabat setia,
Membentangkan lengan teduh di halaman.
Ayunan di rantingnya, tempat impian bersemi,
Menerbangkanku ke negeri dongeng yang tak pernah padam.
Rumahku bukan istana megah,
Tapi pelukan hangat yang tak pernah melemah.
Tempat cinta bersemi, mimpi bertunas,
Dan jiwa menemukan tempatnya yang pas.
Di sini, kesederhanaan bernyanyi,
Kebahagiaan tak perlu dibeli.
Rumahku, mimpiku berselimut daun jati,
Surga kecil di mana hati selalu pulang, tak pernah pergi.