Di bibir pantai senja, jejak kakimu tergambar,
Di pasir halus yang tertiup angin, rinduku terumbar.
Gelombang berbisik, mengulang namamu pelan,
Seakan ingin membawaku kembali, ke pelukanmu yang hangat dan nan aman.
Sinar jingga mewarnai langit, serupa senyummu dulu,
Saat kita bercanda, berlari di pantai, tak pernah merasa pilu.
Kini, hanya debur ombak dan kicau camar yang menemani,
Menyanyikan lagu rindu, yang tak henti-hentinya menghampiri.
Aku pungut kerang indah, menyimpannya dalam genggam,
Seperti menyimpan kenangan kita, agar tak terlupa dan terendam.
Bau asin laut menusuk hidung, mengingatkan pelukanmu,
Hangat dan asin, seperti air mata yang tak bisa kubendung.
Jejak kakimu memudar, digerus ombak yang tak kenal lelah,
Namun rinduku tetap teguh, terpatri di pasir, tak mau digoyahkan.
Aku tahu, suatu saat, kita akan kembali ke pantai ini,
Bersama senja, debur ombak, dan rindu yang tak pernah mati.
Puisi ini menggambarkan jejak rindu yang tertinggal di pantai kenangan. Pasir halus dan ombak berbisik tentang sosok yang dicintai, dan senja jingga mewarnai langit dengan warna kenangan. Walaupun jejak kaki memudar, rindu tetap teguh terpatri, menunggu saat untuk kembali bersama.
Semoga puisi ini bisa mewakili perasaan rindu yang mungkin sedang kamu rasakan. Jangan takut untuk mengungkapkan rindu, karena ia adalah bagian dari cinta yang indah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H