Di antara seribu kata,
Aku tak mampu mengungkapkannya,
Cinta yang ada di dalam hatiku,
Untukmu, kekasihku.
Seperti butiran pasir di pantai,
Seperti bintang di langit malam,
Cintaku tak terhitung jumlahnya,
Untukmu, kekasihku.
Seperti bunga di taman,
Seperti daun di pohon,
Cintaku tumbuh dan berkembang,
Untukmu, kekasihku.
Seperti matahari di siang hari,
Seperti bulan di malam hari,
Cintaku akan selalu ada,
Untukmu, kekasihku.
Penafsiran
Puisi ini bercerita tentang cinta yang tak terucapkan. Sang penyair mencoba mengungkapkan cintanya kepada kekasihnya, tetapi ia tidak mampu melakukannya dengan kata-kata. Cintanya begitu besar, seperti butiran pasir di pantai, seperti bintang di langit malam, seperti bunga di taman, seperti daun di pohon, seperti matahari di siang hari, dan seperti bulan di malam hari. Cintanya akan selalu ada, untuk kekasihnya.
Puisi ini unik karena menggunakan metafora yang indah untuk menggambarkan cinta. Kata-kata seperti "butiran pasir di pantai", "bintang di langit malam", "bunga di taman", "daun di pohon", "matahari di siang hari", dan "bulan di malam hari" menciptakan gambaran yang kuat tentang cinta yang besar dan tak terbatas.
Puisi ini juga dapat diinterpretasikan secara spiritual. Cinta yang tak terucapkan dapat dilihat sebagai cinta kasih Tuhan kepada umatnya. Cinta Tuhan begitu besar, tetapi seringkali kita sulit untuk memahami dan mengungkapkannya dengan kata-kata.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H