Mohon tunggu...
Sendi Suwantoro
Sendi Suwantoro Mohon Tunggu... Mahasiswa - Ketua SEMA FTIK IAIN Ponorogo 2023/2024

Jangan pernah meremehkan orang walaupun bersalah jangan memandang diri sendiri ketika punya kelebihan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Cinta yang Tak Terucapkan

15 Januari 2024   12:47 Diperbarui: 15 Januari 2024   13:31 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di antara seribu kata,

Aku tak mampu mengungkapkannya,

Cinta yang ada di dalam hatiku,

Untukmu, kekasihku.

Seperti butiran pasir di pantai,

Seperti bintang di langit malam,

Cintaku tak terhitung jumlahnya,

Untukmu, kekasihku.

Baca juga: Cinta yang Tertunda

Seperti bunga di taman,

Seperti daun di pohon,

Cintaku tumbuh dan berkembang,

Untukmu, kekasihku.

Seperti matahari di siang hari,

Seperti bulan di malam hari,

Cintaku akan selalu ada,

Untukmu, kekasihku.

Penafsiran

Puisi ini bercerita tentang cinta yang tak terucapkan. Sang penyair mencoba mengungkapkan cintanya kepada kekasihnya, tetapi ia tidak mampu melakukannya dengan kata-kata. Cintanya begitu besar, seperti butiran pasir di pantai, seperti bintang di langit malam, seperti bunga di taman, seperti daun di pohon, seperti matahari di siang hari, dan seperti bulan di malam hari. Cintanya akan selalu ada, untuk kekasihnya.

Puisi ini unik karena menggunakan metafora yang indah untuk menggambarkan cinta. Kata-kata seperti "butiran pasir di pantai", "bintang di langit malam", "bunga di taman", "daun di pohon", "matahari di siang hari", dan "bulan di malam hari" menciptakan gambaran yang kuat tentang cinta yang besar dan tak terbatas.

Puisi ini juga dapat diinterpretasikan secara spiritual. Cinta yang tak terucapkan dapat dilihat sebagai cinta kasih Tuhan kepada umatnya. Cinta Tuhan begitu besar, tetapi seringkali kita sulit untuk memahami dan mengungkapkannya dengan kata-kata.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun