Ibu, mungkin tanganmu tak lagi cekatan, matamu tak lagi tajam, tapi aku tahu benang-benang kisahmu takkan pernah habis. Terima kasih, Ibu, untuk istana-istana kapasmu, untuk dunia imajinasi yang kau beri, dan untuk sayap-sayapmu yang membuatku berani terbang. Aku tahu, meski aku jauh, kau masih menenun mimpi, untukku dan untuk siapa pun yang membutuhkan pelarian ke dunia lain.
Dan suatu hari nanti, saat kau lelah menenun mimpinya sendiri, akan kuantarkan kau ke negeri dongeng Ibu, dengan bantal kapas paling empuk dan kisah petualanganku sebagai benang-benang pengantar tidur.
Ibuku mungkin hanya seorang perempuan desa, tapi tangannya yang kasar dan kisah-kisahnya yang sederhana adalah keajaiban terbesarku. Dia mungkin penenun mimpi tak bergelar, tapi kain-kain impiannya telah membawaku ke tempat-tempat yang tak pernah terbayangkan sebelumnya. Ibuku, penenun mimpi dari bantal kapas, adalah pahlawan sesungguhnya dalam kisahku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H